Bening refleks hendak menutup pintu, tapi dengan cepat ditahan tangan besar Hikam. Pria itu sudah berpakaian piyama tidur. “Pak, jangan masuk.” Hikam mendorong pintu kamar Bening lebih kuat, dan Bening tidak kuasa melawan. Tubuhnya mundur dan dia terduduk di tepi ranjang. Hikam sudah masuk kamar Bening, dia menutup pintu kamar Bening dan menguncinya. Lalu menarik kursi kecil dan duduk di depan Bening yang ketakutan. Tangan Bening menjarah bantal tidurnya dan menutupi pangkuannya. “Kenapa kamu nggak mau datang ke ruang kerja saya?” tanya Hikam. Ekspresi wajahnya tenang dan tidak menunjukkan kekesalan. “Saya panggil kamu lo.” Bening tidak tahu harus menjawab apa. “Kenapa?” tanya Hikam lagi. “Karena … saya sibuk,” jawab Bening seadanya. Hikam tersenyum geli dalam hati, menyadari ba