Bening mengangguk dan menguap lebar, sambil memeluk Hikam dia memejamkan matanya.
Hikam tersenyum kecil, dia sebenarnya menginginkan bercinta. Tapi tentu dia tidak ingin mengganggu tidur Bening. Dia membelai-belai rambut Bening, sampai terdengar suara napas teratur Bening.
Beberapa menit kemudian, dengan perlahan Hikam mengangkat tangan Bening dari perutnya dan meletakkannya di dekat wajah Bening. Dia sendiri memperbaiki posisi tidurnya setelah mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur.
Tapi, tiba-tiba saja Bening mendesah, dengan mata terpejam tangannya seperti mencari-cari tubuh Hikam di sampingnya.
“Hei, cari apa, Ning?” tanya Hikam.
Dengan mata yang mengantuk, Bening memandang Hikam. “Abang. Aku mau Abang,” rengeknya.
Hikam tertawa kecil melihat sikap manja Bening yang
