Winda terdiam menunduk, menenangkan perasaannya. Pada akhirnya dia menyadari bahwa dia tidak seharusnya berprasangka buruk terhadap Hikam atau Bening. Dia belum bertemu Hikam dan mendapat kejelasan langsung dari Hikam. Dia pun menuruti saran Keenan untuk menghubungi mamanya. “Halo, Ma.” “Winda. Ada apa nelfon malam-malam begini? Olivia sudah tidur?” Winda senang mendengar suara lembut mamanya. Mamanya tidak pernah bosan menanyakan putri cantiknya. “Mama ada rencana pergi besok?” tanyanya. “Nggak, Winda. Besok abangmu datang ke rumah. Sebenarnya tadi dia berencana datang ke rumah, tapi dia batalkan.” Ah, kebetulan sekali, Winda membatin. “Oke, Ma. Aku datang besok ke rumah Mama.” “Sama Olivia, ‘kan?” “Iya.” Keenan tersenyum senang melihat wajah Winda setelah menghubungi mamanya. Dia