“Bentar, sebelum kita mulai. Kamu cicipin dulu deh kuahnya, kurang apa? Mau nambah sambal nggak?” Gio mengangkat sendoknya, mengambil sedikit kuah dalam mangkok di hadapannya. “Wow, enak banget. Beli di mana lo?” “Syukurlah kalau sesuai selera kamu.” Yola megeluarkan ponselnya untuk menjalankan timer. “Kalau hitungan detik udah dimulai, kita start lombanya.” “Sayang nggak sih, bakso seenak ini harus kita makan buru – buru. Kuahnya yang gurih dan seger nggak bisa kita resapi baik – baik,” komentar Gio sambil melempar pandangan hampa ke baksonya. Yola memperhatikan air muka atasannya. Entah kenapa Yola merasa ucapan Gio tidak selaras dengan sorot matanya. Pria itu mengatakan baksonya enak, mengatakan sayang sekali jika bakso seenak itu harus dimakan dengan cara berlomba. Namun, Yola bisa

