Part 11

1408 Kata
Alana cemberut kesal menatap Arion, Ya kalian bayangkan saja. Setelah Arion minta susunya, dengan seenaknya Arion menarik Alana keluar dari pantry, Arion bahkan tidak memperdulikan kakinya yang jelas-jelas masih terasa sangat sakit. Menyebalkan sekali bukan? Benar-benar tidak berperasaan. Pikir Alana seraya menggerutu kesal. "Ayo cepat! Kita nggak punya banyak waktu lagi!" ujar Arion seraya terus menarik tangan Alana. 'Apa-apaan dia pake acara menarik-narik tangan gue segala? Dikira gue kambing apa.,' Batin Alana kesal. "Pelan-pelan Pak kaki saya sakit!" keluh Alana kesakitan. "Dan bisa tolong lepaskan tangan saya Pak." Masalahnya hampir semua karyawan menatap Alana dengan sangat sinis. Alana yang di tatap seperti itu jelas merasa tidak nyaman. Arion sontak menghentikan langkahnya dan langsung menolehkan kepalanya menatap Alana lalu kemudian menghempaskan pegangan tangannya. "Cih, harusnya kamu bersyukur saya pegang tangan kamu! Yah kapan lagi kamu di gandeng Bos ganteng kayak saya ini!" ujar Arion penuh percaya diri. Alana memutar bola matanya dengan jengah. Bersyukur apaan coba? Yang ada Alana ingin muntah. Kalian lihatkan kepercayaan dirinya sudah benar-benar melebihi batas kewajaran... "Tunggu apa lagi? udah buruan masuk ke dalam mobil!" Perintah Arion. Alana segera membuka pintu dan duduk di bagian belakang, Tetapi Arion langsung menghentikannya. “Ngapain kamu buka pintu belakang? cepat pindah kedepan!” Dengan kesal Arion memerintahkan Alana untuk duduk di kursi depan bersama dengannya. "Mau duduk di depan atau belakangkan sama saja kan Pak?" protes Alana. Masa masalah duduk saja dipermasalahkan. Aishh yang benar saja. "Saya bukan supir kamu!" jawab Arion ketus. "jangan banyak protes cepat duduk di depan." Alana menghela napas dan seperti biasa mau tak mau Alana segera pindah duduk di sampingnya. Setelah itu, Arion membawa Alana ke salah satu butik terkenal. Alana jelas heran dan bertanya-tanya. kenapa Arion berhenti di depan butik? Sebenarnya mau apa Arion membawanya ke butik? "Pak? Bapak mau ngapain ke butik?" tanya Alana dengan bingung. "Menurut kamu kalo orang kebutik mau beli apa?" tanya Arion ketus seraya melirik Alana. 'Ya mana gue tahu ... kalo gue tahu, gue nggak bakalan nanya. Ya Maklum gue kan rakjel. biasanya aku belanja di pasar atau paling Bagus ya di mall mall.' Batin Alana mendengus tertahan. "Mungkin beli bahan bangunan kali Pak," jawab Alana dengan asal-asalan seraya cengengesan. Arion mendesis kesal seraya memijat pelipisnya. Sekretarisnya ini benar-benar menguji kesabarannya. "Jangan cengengesan, Ayo cepat masuk." Perintah Arion seraya melangkah masuk kedalam butik, meninggalkan Alana yang masih berdiri di depan butik. Dengan perlahan Alana melangkahkan kakinya menyusul langkah Arion. Matanya tidak henti-hentinya memperhatikan setiap sudut butik yang penuh dengan baju-baju modis yang Alana yakini memiliki harga selangit. "Kamu ngapain masih disini? Ayo ikutin saya!" Tiba-tiba Arion sudah berdiri disamping Alana seraya berkacak pinggang. Astaga sejak kapan dia berada di sampingnya? Bikin kaget saja. Batin Alana. "Ya sabar Pak, ini saya baru mau mengikuti bapak kok, "jawab Alana mencoba bersabar. Arion mendengus dan kembali melanjutkan langkahnya, begitupun dengan Alana yang mengikutinya dari belangkang. Saat Arion melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar ganti, Alana tetap mengikutinya. bukan apa-apa kan Arion sendiri yang meminta Alana untuk mengikuti dirinya. "Astaga Alana, kenapa kamu ngikutin saya? Jangan-jangan kamu mau mengintip saya, ya?" tuduh Arion seraya menyipitkan matanya. Apa katanya? Alana mau mengintip dia? Yang benar saja. "Bapak gimana sih? Kan bapak sendiri yang minta saya buat ngikutin bapak!" ujar Alana tidak ingin disalahkan. “Yaudah saya ngikutin Bapak, terus salahnya dimana coba?” Arion memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa pening. astaga Alana ini benar-benar menguji kesabarannya. "Iya sih, tapi jangan ngikutin saya sampe ke dalam ruang ganti juga kali!" ujar Arion jengkel. Alana cengengesan seraya menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. "Lagian Bapak nggak jelas sih kasih perintahnya," ujar Alana salah tingkah. Arion mendengus kesal seraya menatap tajam Alana. "Udah kamu tunggu aja disini dan jangan kemana-mana nanti kalo kamu kesasar saya nggak mau bertanggung jawab." ‘Kesasar apaan? Masa di butik saja kesasar, dikira gue ini bocah apa?’ Batin Alana mendengus sebal. "Iya Pak," jawab Alana tidak lupa mengeluarkan senyuman pepsodent-nya. Beberapa saat kemudian, Alana menghela napas dalam-dalam dia benar-benar bosan. Alana memutuskan untuk mengelilingi butik. Ya siapa tahu Alana menemukan sesuatu yang menarik dan bisa menghilangkan rasa bosannya. Berkali-kali Alana berdecak kagum melihat baju-baju yang tergantung di etalase terlihat benar-benar sangat cantik. Saat Alana sedang asyik melihat-lihat baju tiba-tiba seorang karyawan butik mendekatinya. "Halo, Nyonya? Apa anda mau coba bajunya?" Eh? Nyonya? Siapa yang dipanggil nyonya? Alana sontak menoleh ke kiri dan ke kanan. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Dengan ragu-ragu Alana menunjuk dirinya sendiri. Karyawan itu menganggukkan kepalanya seraya berjalan mendekati Alana. "Nggak kok Mbak, Saya cuma lihat-lihat aja, " jawab Alana panik seraya tersenyum simpul. "Nggak apa-apa, di coba dulu aja, Siapa tahu ada yang cocok," ujar Karyawan itu sedikit memaksa. Baiklah sepertinya tidak apa-apa kalau hanya mencoba. Alana menganggukkan kepalanya dan segera berjalan menuju tempat ganti khusus untuk perempuan seraya membawa beberapa baju yang akan Alana coba nanti. Berberapa saat kemudian Alana keluar dari kamar ganti lalu Alana menatap bayangannya, untuk sesat Alana terdiam terpaku saat melihat penampilannya. Baju ini benar-benar sangat cantik. "Gimana Nyonya cocok kan? anda keliatan cantik banget pake baju ini." Puji Karyawan itu. Alana menganggukkan kepalanya. Iya memang benar pakaian ini sangat cantik. tapi entah kenapa Alana merasa tidak pantas memakai baju ini karena baju Ini terlalu mewah untuk Alana yang terlalu biasa ini. Lagian. Pasti harga baju ini sangat mahal mana mampu Alana membelinya. "Iya, ini benar-benar cantik," ujar Alana seraya tersenyum kecil. Alana yang penasaran mencoba menanyakan harga baju yang sedang dia kenakan. Siapa tahu ada yang harganya tiga puluh lima ribu. Kalau ada dia mau beli satu. Muehehe. “Mbak, semua pakaian ini harganya berapa?" bisik Alana pelan. "Ohh, harganya berbeda-beda, bisa diliat dari label harganya," jawab karyawan itu dengan sopan. Alana mengangguk mengerti dan kembali masuk kedalam ruangan ganti untuk mengecek harga semua baju-baju yang telah Alana coba. Dan betapa terkejutnya Alana saat melihat nominal harga dari baju-baju yang dia cobanya. Bayangkan saja yang paling murah harganya 5 juta untuk satu baju saja. Aataga Alana benar-benar syok hingga tidak bisa berkata-kata. Alana memutuskan untuk segera melepaskan bajunya. Bukannya Alana pelit, dia hanya terlalu perhitungan. ‘Tapi tunggu? Kalo nyoba doang gratiskan? Masalahnya sekarang lagi tanggal tua, gue belum gajian.’ Batin Alana mulai panik. "Anu, Mbak maaf saya nggak jadi belinya," ujar Alana merasa bersalah seraya menyerahkan kembali baju-baju yang sudah selesai di cobanya. "Cih bilang aja nggak punya uang sosoan nyobain baju mahal ini," gerutu Karyawan itu. Alana yang mendengar gerutuan itu jelas kesal. Alana memang tidak punya uang, tapi kan si Mbaknya sendiri yang memintanya untuk mencoba. Alana tidak salahkan, yah? "Iya maaf Mbak, lagian. Kan mbaknya sendiri yang minta saya buat nyobain!" ujar Alana dengan kesal. Sial sial sial. Ini semua salah Arion! Alana melangkahkan kakinya dengan kesal. namun tiba-tiba Alana tidak sengaja menabrak seseorang. Bruk "Hati-hati kalo jalan" ujar seseorang itu. Alana sontak menghentikan langkahnya dan berbalik menatap orang itu. "Maaf saya nggak sengaja, " jawab Alana seraya memandang punggung orang yang dia tabrak. Pria itu tersenyum seraya melanjutkan langkahnya. 'Akhirnya kita bertemu lagi sayang, kamu semakin cantik,‘ batin pria itu seraya tersenyum misterius. Alana mengerjapkan matanya. Tunggu, orang itu, sepertinya dia pernah melihatnya tapi kapan dan dimana? Pikir Alana bingung seraya terus menatap punggung seseorang itu. "Alana?" panggil Arion seraya menyentuh pundak Alana. "Kemana aja kamu? Saya nyarii kamu kemana-mana tapi kamu malah ada disini," ujar Arion kesal, masalahnya Arion sudah lelah mencari keberadaan sekretaris kurang ajarnya ini. Alana menolehkan kepalanya. Astaga!. Mati aku. Batin Alana merutuki kebodohannya. Bisa-bisa dia melupakan Arion. "E—ehh iya Pak maaf ... Abisnya saya bosan Pak," ujar Alana dengan jujur seraya cengengesan. Arion melototkan matanya kesal. "Apa kamu bilang? Bosan? Berani kamu bilang bosan sama saya? Kamu lupa kalau saya ini Bos sekali lagi Bos!" ujar Arion galak seraya melototkan matanya. Hmm mulai lagi. Sabar Alana sabar ingat, dia ini yang mengajimu. Batin Alana seraya menghela napas dalam-dalam. "Iya Pak, saya masih ingat kok kalo Bapak Bos saya" Arion mendengus kesal seraya memasukan dua tangannya ke dalam saku celananya. "Ya udah, cepat bawain belanjaan saya!" Perintah Arion galak seraya menyerahkan tas-tas berisi belanjaannya lalu berlalu pergi meninggalkan Alana begitu saja. Alana menghela napas dalam-dalam seraya terus menggerutu kesal. Alana ingin sekali menolak perintahnya. Tapi apa daya Alana hanya seorang babu yang tidak memungkinkan untuk menolak perintahnya. Kuatkanlah istrinya Sehun ini. Hiks.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN