"oh my good Davina Dirgantara!!!"
Gea begitu heboh ketika melihat cincin pertunangan yang sudah terpasang di jari mandi sahabatnya ini. Ia benar-benar tak menyangka bahwa sahabatanya ini sudah menjadi tunangan dari dosen kampus yang terkenal sangat tampan dan seksi di kampusnya.
"Bisa gak sih gak usah pakai teriak segala. Aku malu tahu dilihatin orang-orang gara-gara suara kamu yang cempreng itu," kata Davina sambil menutup telinganya karena mendengar suara Gea yang keras.
"Enak aja dibilang cempreng. Gini-gini aku pernah menang lomba nyanyi waktu SD loh," kata Gea bangga.
"Mungkin waktu itu jurinya kasihan sama kamu jadi di menangis aja deh," ledek Davina pada sahabatnya itu.
"Dasar sahabat yang gak pernah menghargai bakat sahabatnya. Udah itu gak penting kau harus ceritanya gimana semalam?" tanya Gea penasaran.
"Biasa aja sih gak ada yang special. Kemarin Rafael dan mama serta daddynya datang ke rumah. Dan Rafael pun bilang ke ayah dan bunda untuk melamar aku. Dan ayah dan bunda setuju dan kita resmi bertunangan. Udah gitu doang," jawab Davina santai.
"Trus selanjutnya gimana? Kapan kalian menikah?" tanya Gea dengan wajah yang begitu penasaran.
"Kalau soal pernikahan aku dan Rafael akan mengadakan yang sederhana aja. Karena untuk sementara kami tidak akan mempublikasikan pernikahan kami untuk beberapa waktu ke depan," kata Davina sambil meminum orange juicenya.
"What???"
Gea begitu kaget ketika sahabatnya ini bilang bahwa ia tidak akan mempublikasikan bahwa ia akan menikah dengan dosen seksi di kampusnya. Padahal di luar sana banyak gadis yang ingin sekali kekasih dari dosennya itu. Tapi sahabatnya yang aneh ini yang sudah menjadi tunangan dosen yang menjadi incaran para mahasiswi di kampus ini malah tidak ingin mempublikasikan hubungannya dengan sang dosen seksi itu.
"Kenapa kamu gak mau mempublikasi hubungan kamu dengan pak Rafael. Kalau kamu mempublikasikan hubungan kalian maka kita bisa tunjukan sama para gadis genit di luar sana kalau pak Rafael sudah punya kamu. Apalagi si nenek lampir Farah pasti akan merasa kalah karena kamu berhasil memiliki pak Rafael. Kita kan sama-sama tahu jika kalau Farah naksir berat sama pak Rafael. Aku jadi penasaran gimana ekspresi si Farah kalau tahu kamu sudah menjadi tunangannya pak Rafael," kata Gea yang tersenyum sambil membayangkan ekspresi Farah.
"Itu menjadi salah satu alasan aku gak mau mempublikasi hubungan aku dan Rafael. Tapi yang paling utama aku ingin lebih mengenal Rafael lebih dalam karena setelah ini aku akan menjadi istri dari Rafael. Jadi aku harus membiasakan diri mulai saat ini. Maka dari itu selama proses sampai kami menikah nanti, Rafael memginginkan kita untuk mengenal satu sama lain layaknya sepasang kekasih. Dan aku pikir itu keputusan yang baik buat kita berdua. Jadi kita akan tetap bisa saling mengenal satu sama lain tapi tidak melupakan profesional kerja antara aku dan Rafael," kata Davina menjelaskan.
"Wah kamu memang pasangan yang tepat buat Pak Rafael. Sebagai fansnya aku dengan senang hati memberikan pak Rafael buat kamu. Pantas saja pak Rafael bisa menerima perjodohan ini bahkan setuju untuk menikah dengan kamu karena dia tahu jika kamu berbeda dari kebanyakan wanita di luar sana," kata Gea memuji sahabatnya.
"Terima kasih Bu Gea atas pujiannya. Udah deh gak usah dibahas lagi. Yuk kita masuk kelas sekarang. Bukannya sebentar lagi ada kelasnya Pak Yacob? Aku gak mau telat di kelasnya pak Yacob dan berakhir gak lulus," kata Davina bergidik ketika membayangkan telat di kelas dosen yang terkenal om time itu.
" Kamu benar juga. Aku juga gak mau ngulang kelasnya pak Yacob. Mana mata kuliah pak Yacob penting lagi. Oya nanti pulang kuliah jalan ke mal yuk?" ajak Gea.
"Hari ini aku gak bisa. Soalnya nanti pulang kuliah Rafael ngajak aku buat lihat cincin pernikahan kita. Sebenarnya sih mamanya Rafael yang meminta kami untuk datang ke toko perhiasan. Jadi nanti sepulang dari kampus aku langsung kesana. Ge, kamu bawa mobil kan? Nanti aku anterin sampai tokonya ya? Soalnya aku gak mobil hari ini," pinta Davina.
"Wah ternyata keluarga kalian benar-benar sudah mempersiapkan semuanya. Aku jadi gak sabar lihat kamu bersanding di pelaminan bersama pak Rafael. Pasti kalian akan terlihat cantik dan tampan," kata Gea menggoda Davina.
"Kalau gitu kamu tunggu 2 bulan lagi kalau mau lihat aku sama Rafael di pelaminan," kata Davina yang bergegas ke kelas pak Yacob.
"Davina kamu belum cerita semuanya? Kenapa kamu gak cerita kalau waktunya secepat itu," teriak Gea.
Davina terus berjalan menuju kelas dan menghiraukan teriakan dari sahabatnya itu. Memang kedua keluarga sepakat kalau pernikahan mereka akan dilangsungkan 2 bulan lagi. Dan acaranya akan di adakan di villa milik keluarga Douglas yang berada di Bali. Dan keluarga Davina pun setuju karena dimana pun tempat pernikahan mereka yang penting acara pernikahan itu dapat di adakan.
Setelah itu Davina pun kembali fokus dengan tugasnya sebagai seorang mahasiswi. Ia benar-benar memperhatikan penjelasan dari pak Yacob tentang beberapa materi perkuliahan. Dia pun tak menggubris Gea yang masih menunggu kejelasan tentang tanggal pernikahannya dengan Rafael. Karena ia benar-benar tak ingin membicarakannya sekarang.
"Thanks ya Gea sayang," kata Davina
Saat ini Davina baru saja sampai di sebuah toko perhiasan dimana ia janjian bertemu dengan Rafael. Ia melihat toko perhiasan yang ada di depannya. Dan toko itu terlihat sangat mewah bisa dipastikan jika perhiasan yang ada disini pasti mahal. Tapi Davina tak ambil pusing karena mamanya Rafael yang meminta mereka datang kesini.
"Pokoknya kamu masih hutang cerita sama aku. Aku mau kamu ceritain semuanya sampai sedetail mungkin," kata Davina dengan wajah yang sewot.
"Iya... Iya nanti aku bakal cerita semuanya. Udah sana pulang. Aku mau masuk dulu. Rafael udah nunggu aku di dalam," kata Davina yang beranjak turun dari mobil Gea.
"Iya deh yang mau ketemuan sama calon suami," goda Gea.
"Biarin aja. Daripada kamu udah pacaran lama gak diajak nikah-nikaj. Mending aku pacaran aja enggak tapi bentar lagi mau nikah," sindir Davina.
"Davina...."
Davina memilih kabur dari mobil Gea sebelum mendengar Omelan dari sahabatnya itu. Ia pun mengangkat tangannya membentuk tanda peace untuk sahabatnya itu. Davina pun melangkahkan kakinya ke toko perhiasan itu. Dan ketika masuk ia melihat sosok laki-laki yang sudah resmi menjadi calon suaminya.
"Rafael," panggil Davina.
Rafael yang merasa namanya di panggil pun menolehkan wajahnya dan menatap kearah Davina. Dan seperti biasa senyum langsung terlihat dari wajah Rafael ketika melihat Davina ada disana.
"Maaf ya aku telat. Tadi kelas terakhir agak lama," kata Davina menyesal.
"Iya gak apa-apa. Aku juga baru aja datang kok," jawab Rafael sambil tersenyum ke arah Davina.
Lagi-lagi jantung Davina berdetak ketika melihat senyum manis Rafael ke arahnya. Entah kenapa Rafael menjadi sosok berbeda dari Rafael dalam keseharian. Dan Rafael hanya menunjukkan sisi manisnya hanya untuk Davina saja.
"Kamu mau model yang kayak gimana buat cincin pernikahan kita?" tanya Rafael pada Davina.
"Aku gak tahu mau model cincin yang seperti apa karena sebelumnya aku gak pernah pakai cincin. Kalau boleh cincinnya yang sederhana aja. Aku kurang suka yang terlalu berlebihan. Tapi itu cuma saran dari aku. Aku ikut apa yang menurut kamu bagus aja," jawab Davina.
"Kalau gitu kita cari yang modelnya sederhana aja. Kamu lihat-lihat aja kalau ada yang cocok langsung pilih aja," kata Rafael pada Davina.
Davina pun mengangguk dan ia mulai melihat beberapa cincin di meja etalase. Ketika ia melihat-lihat tak sengaja pandangan matanya jatuh pada satu cincin berwarna putih yang menurutnya indah.
"Raf kalau yang itu gimana?" tanya Davina sambil menunjuk ke arah cincin itu.
Rafael pun melihat cincin yang ditunjuk oleh Davina. Dan ia pun juga suka dengan pilihan Davina. Cincinnya memang tidak terlalu mewah tapi menurutnya cincinnya indah dan sederhana.
"Mbak tolong saya lihat cincin itu," tunjuk Rafael.
Sang pegawai perhiasan langsung memgambilkan cincin yang Rafael maksud dan melihatnya dengan lebih jelas.
"Davina sini. Kamu coba cincinnya," pinta Rafael.
Davina pun mencoba cincin itu. Dan ketika ia memakainya senyum tak bisa lepas dari wajahnya. Cincin itu begitu pas dengan tangannya dan tampak indah juga tersemat di jarinya.
"Cantik. Kita pilih ini aja," kata Rafael tanpa ragu.
"Tapi Raf harganya mahal banget. Apa kita pilih yang lain aja?" kata Davina ketika melihat harga dari cincin itu.
Rafael pun berjalan mendekat ke arah Davina dan menatap ke arah Davina.
"Dengar mulai sekarang kamu adalah tanggung jawab aku. Jadi semua hal yang berhubungan dengan kamu adalah tanggung jawab aku. Kamu gak usah mikirin soal harganya. Kalau kamu suka kita ambil aja. Kita udah sama-sama janji kan buat saling mengenal satu sama lain. Dan satu hal lagi mulai sekarang jangan pernah menutupi apapun dari aku begitu juga aku tidak akan menyembunyikan apapun dari kamu. Kita mulai semuanya dari nol dan aku mau kita harus lebih bisa saling mengerti dan mulai belajar untuk saling mencintai." Dengan tatapan sendunya Rafael benar-benar berhasil menghipnotis Davina.
Davina pun hanya bisa menuruti apapun kemauan Rafael. Karena ia tahu semua juga demi kebaikan dirinya.
"Raf, makasih buat semuanya ya," kata Davina yang menampilkan senyum indahnya.
Rafael pun kembali merasa terpesona dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Davina sehingga ia pun mengecup bibir Davina.
" I love you." Bisik Rafael di telinga Davina.
Wah dosen killer kita mulai mengeluarkan jurus romantisnya nih??? Mau lihat sisi romantis dari dosen killer kita??
See you next chapter...