Aku mau lagi

1238 Kata
"Sean?" Gumam Calista yang ternyata yang menembaki dua orang itu adalah Sean. Calista menunduk karena kedua pria itu juga mengeluarkan senjatanya dan menembaki Sean, namun hanya satu tembakan karena Calista terkejut saat Sean menembak mereka langsung di kepalanya yang membuat mereka akhirnya mati seketika. "Datang ke jalan xx, bereskan mayat yang ada di sini." Ucap Sean yang entah menghubungi siapa, namun Calista mengira jika itu adalah anak buahnya. "Ayo." Ajak Sean yang menarik tangan Calista. Sean membawanya ke mobil, Calista menelan ludahnya dengan berat melihat didepannya dua orang mati dengan kepala yang tergenang darah. "Sudah kubilang, kau akan melihat seperti ini mulai sekarang, dan mungkin akan lebih parah lagi." Ucap Sean. "Mengerikan." "Itu belum seberapa, tapi kuliat kau tidak takut darah, itu cukup baik." Ucap Sean tersenyum miring. "Tidak takut, hanya sedikit ngeri." Ucap Calista jujur. "Bagaimana kau bisa ada di sini?" Tanya Calista karena tadi Sean masih di apartemen. "Kau menguntitku?" "Tidak! Tapi memang filingku kau pasti membutuhkan bantuanku." Ucap Sean tersenyum manis. "Jika kau tidak datang, pasti ada juga yang menolongku." "Apa aku harus mengembalikanmu ke rumahmu? Bukankah di sana masih ada dua orang lagi yang menginginkan tubuhmu." Ucap Sean yang membuat Calista menggeleng. Sean tersenyum miring melihat sikap Calista. "Jika aku tidak datang, kau mungkin sudah menjadi santapan ke empat pria brengsekk itu." Ucap Sean yang akhirnya tidak ditanggapi lagi oleh Calista. Dia menghela nafas panjangnya, seridaknya dia lega karena tadi memang Sean menyelamatkannya. "Tunggu! Kau mau bawa aku ke mana?" Tanya Calista. "Mansionku, bukankah aku sudah mengatakan jika kau harus tinggal di manaionku? Aku membutuhkanmu di sana." Ucap Sean yang membuat Caliata mengerutkan dahinya. "Kau mengatakan jika masih ada lima hari lagi," "Memangnya kau akan tinggal di mana? Aku tau lelaki brengsekkmu itu sudah mengambil rumahmu dan bahkan mengirim anak buahnya untuk berjaga di sana agar kau tidak bisa masuk," ucap Sean yang dilupakan oleh Calista. Dia lupa jika memang saat ini dia audah tidak memiliki tempat tinggal. "Aku sudah mengatakan jika aku membantumu untuk lepas darinya, tapi kau malah datang ke sana dan ingin menjelaskan kesalah pahaman yang aku buat. Dasar bodoh!" Ucap Sean yang membuat Calista cemberut, "Kau sebenarnya sudah tau jika Lucas bermain dengan sahabatku di belakangku?" Tanya Calista. "Tentu saja, aku tau semuanya, tidak ada yang tidak aku tau." Ucap Sean dengan sombongnya. "Lagi pula, mantanmu itu bukan hanya bermain dengan sahabatmu, tapi dia juga bermain dengan wanita bayaran, bahkan rekan bisnisnya banyak yang menjadi pemuasnya, cih menjijikkan!" Ucap Sean. Calista terkejut namun mengepalkan tangannya, diam-diam dia menangis dan melihat ke arah jendela, dia tidak menyangka jika pria satu-satunya yang dia percaya ternyata menghinatinya sejauh itu. "Simpan saja air matamu itu, jangan menangisi pria brengsekk," "Kau sama brengsekknya dengannya, kalian sebenarnya sama." Cibir Calista. "Aku pria mahal, aku tidak akan menabur benih di sembarangan wanita. Jangankan menabur benih, jika saja ada wanita yang menggodaku dan berani menyentuhku, aku bisa saja mematahkan tanganny." Ucap Sean. "Cih, terserah kau saja." Calista terkejut melihat mansion yang sangat besar dan indah, banyak sekali anak buah Sean yang berada di sana. Sean keluar dan akhirnya membuat Calista keluar juga. Calista membiarkan Sean yang menariknya ke atas. Dia bisa melihat ada wanita yang biasanya datang ke kantor Sean, yang di pikir itu adalah wanita Sean, namun ternyata adik Sean, dia sedang menatap tajam ke arahnya. "Adikmu menatapku tajam." Ucap Calista sengaja mengadu yang membuat Sean menghentikan langkahnya sebentar dan menoleh ke arah Sabrina yang terlihat terkejut karena dia di adukan oleh Calista. "Jangan menatapnya seperti itu, dan jangan mengusiknya. Hormati dia. Atau kau keluar saja dari sini." Ucap Sean yang menatap tajam ke arah Sabrina. Dia tidak suka jika Sabrina nantinya akan mengusik pribadinya. "Maaf." Ucap Sabrina pada akhirnya. Sedangkan Calista tersenyum miring seperti meremehkannya, dan senyuman itu membuat Sabrina semakin mengepalkan tangannya. "Dasar jalang." Umpatnya lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia sangat kesal karena Sean membawa wanita lain ke mansion, apalagi wanita itu adalah Calista, yang hanya seorang sekretaris dan menurutnya sangat tidak pantas jika dia bersama Sean. "Kita sebenarnya ke mana? Dari tadi tidak sampai-sampai." Protes Calista karena sedari tadi dia bahkan menaiki tangga sampai dua kali, yang itu artinya kini dia ada dilantai 3, Sean tidak menjawab dan memilih untuk membuka sebuah kamar dan meminta Calista untuk masuk. "Woaah, besar sekali. Apa ini kamar? Atau kamar tamu? Apa ini akan menjadi kamarku?" Tanya Calista. "Ini kamarku." Ucap Sean. "Kamarmu? Waah ini 3 kali lipat dari kamarku, padahal kamarku sudah termasuk besar, aku tidak mengira jika ada kamar yang lebih besar lagi." Ucap Calista yang tersenyum sambil masuk namun dia tersadar sesuatu. "Tunggu! Kenapa kau membawaku ke kamarmu?" Tanya Calista yang berbalik dan terkejut karena Sean sudah merengkuh tubuhnya. "Tentu saja untuk tidur bersamaku." Ucap Sean tersenyum manis. "Lepaskan aku! Aku tidak mau tidur bersamamu, kau bukan suamiku. Enak saja" Ucap Calista namun hanya diam saja dan tidak memberontak. Bukan apa-apa. Dia hanya takut membuat luka Sean menjadi semakin jadi lagi. "Kau tidak memberontak, itu artinya kau mau tidur denganku." "Apa aku harus menjadi suamimu baru kau mau tidur denganku?" Tanya Sean. "Lihat saja da da dan lenganmu masih luka, jika aku mendorongmu, nanti aku kau salahkan jika jahitanmu terdapat luka lagi." Ucap Calista. "Lagi pula siapa yang mau menjadi istrimu." Ucap Calista yang membuat Sean tersenyum miring. "Beri aku ciuman dulu, anggap saja itu hadiah untukku karena menyelamatkanmu." "T-tidak! Kenapa kau suka sekali meminta cium dariku." Tolak Calista karena sudah beberapa kali Sean menciumnya hari ini, "Bibirmu sangat manis, aku menyukainya." "Kau membuatku merinding, akan lebih baik jika kau seperti dulu yang dingin dan cuek kepadaku, sekarang kau mengerikan, sangat mesum." Ucap Calista "Aku hanya begini kepadamu, kau seharusnya beruntung." "Tidak, ini kesialan. Bukan keberuntungan." Ucap Calista. "Damn! Calista." Ringis Sean menahan sakit karena Calista menendang masa depannya dan akhirnya dia melepaskan rengkuhannya kepada Calista. Calista melotot karena merutuki apa yang telah dia lakukan. "A-aku tidak sengaja, itu salahmu sendiri karena— Aaargh, Sean! Lepaskan aku." Teriak Calista karena Sean menggendongnya seperti karung beras, dia bahkan memukuli punggung Sean namun Sean tidak menggubrisnya. "Diam!" Ucap Sean memukul bongkahan padat belakang milik Calista yang membuat Calista semakin berteriak. "Sean, bajingann!" Teriak Calista karena Sean berani memukul bongkahan padat belakang miliknya. "Awh. Sialan!" Ringis Calista karena Sean melemparnya di atas ranjang. Calista ingin bangun namun Sean malah mengukungnya dan mengunci kedua tangannya di atas kepalanya, kakinya bahkan tidak bisa bergerak sama sekali karena Sean menindihnya. Wajah mereka sangat dekat yang membuat Calista melotot dan tiba-tiba saja menjadi gugup. Calista mengakui jika Sean memang sangatlah tampan, wajahnya bahkan bersih tanpa noda atau apapun itu, matanya sedikit kehijauan dan hidungnya mancung seperti prosotan anak-anak, dia menelan ludahnya dengan susah karena merasakan jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat. "Kau sangat berani, Calista. Apa kau tau jika siapa aku?" Ucap Sean tepat di depan wajahnya, Calista bisa mencium bau nafas Sean yang wangi mint membuat dirinya semakin merinding. "Kau adalah orang pertama yang berani menamparku dan bahkan kini menendang pusaka-ku, jika itu orang lain. Mungkin aku sudah meledakkan kepalanya. Dan memotong-motong tangan dan kakinya." Ucap Sean. "A-aku tidak sengaja. Salahmu sendiri karena kau tidak melepaskanku," ucap Calista yang malah tidak merasa bersalah. "Salahku? Kau harus tau jika aku tidak pernah salah," ucap Sean. "Karena kau mengabaikan perintahku, kau akan dihukum semakin berat." Ucap Sean tersenyum miring dan mulai membuka kancing baju Calista yang membuat Calista melotot. "Biarkan aku merasakannya lagi, saat itu kau menghentikannya, sekarang aku tidak akan membiarkan kau menghentikanku. Karena jika kau menghentikanku, aku akan meminta yang lain."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN