Kau adalah bud4k-ku

940 Kata
"Brengsekk!" Umpat Lucas yang berada di markasnya, dia bahkan membanting ponselnya karena merasa jijik dengan apa yang baru saja dia dengar. Sean telah berani membuat Calista tidur dengannya. Bukan hanya itu. Dia juga marah karena Sean mengirimkan dia rekaman di mana dirinya sedang bercinta dengan Sofi, sahabat dari Calista. "Kau bukan lawannya, aku baru tau jika Sean membeli seorang wanita di acara pelelangan kemaren, dan sepertinya dia adalah kekasihmu." Ucap Carly mengembuskan asap rokoknya. "Apa? Kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku." Ucap Lucas yang marah. "Aku baru mengetahuinya, salahmu sendiri kemaren tidak datang di acara pelelangan itu." Ucap Carly lalu mematikan rokoknya dan mengambil ponselnya. "Sesuai rencana, aku tidak peduli dengan percintaanmu dengan wanitamu, mana tau itu balasan untukmu karena berhianat dengan Calista dibelakangnya, kau suka sekali menabur benih dengan wanita bahkan sahabatnya sendiri pun kau tiduri." Ucap Carly yang membuat Lucas hanya diam saja. Meskipun memang dia berselingkuh sedari awal dengan tidur bersama wanita lain, tentu saja dia tidak terima saat Calista ternyata menghianatinya, dia bahkan tidak mau melakukannya dengannya, tapi malah melakukannya dengan musuhnya. ****** PLAK!! Lagi-lagi Sean terkena tamparan Calista.dia bahkan langsung berdiri dan merebut ponselnya. "Kau keterlaluan, Sean! bukan berarti kau sudah membeliku dan kau bisa menghancrkan hubunganku dengan Lucas." Ucap Calista yang tentu saja marah karena Sean lancang menghubungi Lucas dan secara tidak lain membohonginya seakan-akan dia bercinta dengannya. "Aku hanya membantumu untuk lepas dari pria seperti dia." Ucapnya dengan datar. "Tau apa kau tentangnya." Ucap Calista yang benar-benar marah dan kesal. Sean berdiri dan menarik Calista hingga dia terjatuh di atas sofa dengan Sean di atasnya. Calista berusaha mendorong Sean namun Sean memejamkan matanya dan menahan sakitnya karena Calista mendorong da danya yang terluka. Dia akhirnya meraih kedua tangannya dan menguncinya di atas kepalanya. Sean mencengkram pelan dagu Calista sehingga dia tidak bisa memberontak sama sekali. "Dwngarkan aku, Calista Rider. Kau adalah bud4kku, kau tidk bisa terikat dengan siapapun, karena kau hanya milikku." Ucap Sean. "Kenapa kau tidak membunuhku saja." Ucap Calista menatap tajam ke arah Sean. Sean tersenyum tipis lalu mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke kepala Calista yang membuat dia melotot. "Apa pesan terakhirmu sebelum mati." Ucap Sean yang membuat Calista akhirnya menyengir, "Aku hanya bercanda. Tolong jauhkan benda itu dari kepalaku," ucap Calista bergidik ngeri, dia memang marah dan kesal, tapi dia masih mau hidup dan tidak ingin mati konyol apalagi di tangan pria menyebalkan seperti Sean. "Menurutlah padaku, kau akan aman bersamaku dan memiliki apapun yang kau mau." Ucap Sean tersenyum dan akhirnya menjauhkan pistolnya dari kepala Calista yang membuat Calista menghela nafas panjangnya. Sean melepaskan Calista dan sedikit meringis karena lukanya ternyata semakin parah. Sean akhirnya memanggil Arga untuk mengobatinya. "Apa aku sudah bisa pergi dari sini?" Tanya Clista yang kesal karena Sean hanya diam saja, setidaknya jika dia sudah tidak dibutuhkan. Dia ingin keluar dari sana dan menemui kelasihmya jika dia salah paham padanya. "Tidak! Tunggu di sini." Ucap Sean yang akhirnya Calista hanya diam saja. Dia melihat ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Lucas namun ternyata nomormya tidak aktif. Tak lama Arga datang dan sedikit terkejut karena ada Calista di sini. "Hai, Calista. Aku sangat terkejut kau di sini." Ucap Arga terkekeh. "Aku di sekap olehnya. Biasakah kau membantuku keluar dari aini?" Ucap Calista yang membuat Arga tertawa begitupun dengan Sean yang tersenyum tipis karena perkataan Calista. "Aku masih sayang dengan nyawaku, dan jika kau sayang dengan nyawamu, akan lebih baik jika kau menurutinya. Kau belum melihat sisi kejamnya, jadi lebih baik sayangi nyawamu, kau masih muda." Ucap Arga terkekeh lalu mengambil peralatannya dan memakai sarung tangan medis. "Cih, kau menjahitnya dengan asal. Untung saja tidak infeksi." Ucap Arga. "Diam saja dan cepat obati." Ucap Sean. Calista sendiri bergidik ngeri melihat tubuh Sean dijahit oleh Arga tanpa bius. "Akan lebih baik jika kau ke rumah sakit, apa bedanya dia denganmu, menjahitnya dengan asal." Ucap Calista. "Sembarangan. Begini-begini aku lulusan dokter." Ucap Arga yang tidak terima. "Cih, dokter c***l maksutmu? Kau bawahannya. Jelas kau sama seperti dia. Sama-sama buaya! Sudah memiliki wanita tapi masih saja menjadikan wanita lain sebagai tawanan-nya." Ucap Calista. "Wanita lain? Kau bahkan wanita pertama setelah sekian tahun bisa membuatnya mengejarmu." Ucap Arga. Namun Calista malah memutar bola matanya malas, dia benar-benar malas untuk menanggapi perkataan Arga yang ternyata sama saja. "Dia sedang cemburu dengan Sabrina, biarkan saja. Aku menyukai saat dia cemburu seperti ini." Ucap Sean tersenyum manis kepada Calista yang menatapnya tajam. "Sabrina? Astaga. Kau tidak perlu cemburu padanya, dia adalah adik Sean, lagi pula dia sudah memiliki kekasih, dia juga sahabat Sean, dia lelaki setia dan penyayang dengan satu wanita saja, saking setianya dia pernah gila karena mantan kekasihnya." Ucap Arga. "Maksutku. Jika kau menurut padanya dan setia padanya, maka dia akan menjadikanmu ratu dihatinya." Ucap Arga menyengir dan menurutkan pistol Sean yang tadinya berada dikepalanya. "Adik? Aku baru tau jika Sean memiliki adik." Ucap Calista. "Adik angkat, dia di angkat oleh orang tua Sean sebagai anak dari keluarga Alexander karena ayahnya berjasa untuk kaln mafia kami." Ucap Arga yang akhirnya dimengerti oleh Calista. "Jika bertemu denganku, dia seperti tidak menyukaiku. Untuk itu aku mengira jika dia wanitanya, mungkin saja dia cemburu padkau dan mengira aku menggodanya." Ucap Calista jujur. "Dia tidak ada apa-apanya denganmu, kau bahkan sangat cantik dan sek-si." Ucap Arga namuan mengangkat tangannya karena Sean menatap tajam ke arah dirinya. Dia sangat tau jika Sean tidak suka jika dirinya memuji Calista didepannya. "Sudah selesai, lebih baik aku pergi dari sini." Ucap Arga. "Jika bercinta, jangan bergerak terlalu semangat, biarkan lukanya setidaknya mengering. Dan kau. Jika bermain di atasnya, jangan menekan da da dan lengannya terlebih dahulu." Ucap Arga kepada Calista yang membuat dia melotot. "Cih, siapa yang mau bercinta dengannya." Cibir Calista.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN