Namun Delia lebih memilih diam. Ia percaya, apapun isi hati Barra ketika ini, ia yakin bahwa waktu bisa membiasakan segalanya. Apalagi sang suami telah menunjukkan keseriusan dan kesungguhannya untuk mempertahankan mahligai mereka. Ia harus tenang, supaya bayinya juga tenteram. Bisa jadi kecurigaan itu hanya pikirannya saja yang terlalu sensitif. Mungkin sesungguhnya Barra memang telah benar-benar berubah. "Mau nambah nasi?" tanya Barra saat melihat nasi di piring Delia hampir habis. "Nggak, Mas. Aku udah kenyang. Oh ya, nanti mampir sebentar ke toko perlengkapan ibu dan anak ya. Aku mau beli korset." "Tadi janjinya langsung pulang, kan?" Delia tersenyum. "Sebentar saja. Perlu banget lho korset itu. Aku harus make setelah lahiran. Mereka beliin perlengkapan untuk bayi saja karena bahag