Evelyn tak menyangka akan kedatangan tamu seorang laki-laki yang memang ia harapkan. Bukan hanya kedatangannya saja, tapi juga cintanya yang selama ini bahkan masih merajai hati Evelyn. Tapi jika lelaki tampan ini mau bertamu, tentunya ia akan mengetuk pintu dan bersikap baik bukan? Tidak dengan mendorong tubuhnya secara kasar, dan ikut masuk ke dalam apartemen tanpa izin terlebih dahulu. Bahkan kini Danil menutup pintu itu dengan mata masih menyorot tajam pada Evelyn. Dari menilik sikap Danil, Evelyn yakin lelaki ini datang tidak dengan maksud baik. Sorot matanya terlihat seolah ingin sekali menguliti dirinya hidup-hidup. Terlihat dari kepalan kedua telapak tangannya yang menggantung di sisi tubuh Danil. Walaupun Evelyn tak tahu apa salahnya. Bukankah mereka tidak lagi berjumpa cukup