Evelyn sejak pagi sudah berkutat di dapur cafenya. Hari ini memasak khusus untuk kekasihnya, sambil memasak sambil membayangkan wajah tampan Danil. Ia sadar calon suaminya terlalu kaku. Memuji pun seolah tidak ikhlas. Sebenarnya mungkin bukan tidak ikhlas, tapi emang dia datar seperti papan triplek. Makanya sekali Danil memuji, Evelyn bak burung yang terbang ke angkasa. Setelah semua menu untuk Danil beres, ia segera menuju kantor tempat kekasihnya bekerja. Langkahnya mantap saat masuk ke gedung perkantoran milik Danil. Kini semua karyawan Danil memberi sapaan hormat, karena tahu dia calon nyonya di sini. Tidak ada lagi yang berani menghalangi langkahnya menemui Danil, alias sudah seperti pemilik perusahaan saja. Di depan ia bertemu Sri. "Pak Danil ada Sri?" tanya Evelyn ramah.