05 | Raphael

1360 Kata
ANGEL akhirnya bisa kembali merasakan kedua kakinya setelah tiga hari dia meminum obat dan memakan makanannya dengan baik. Leo yang terlihat sangat senang, karena usahanya mengobati Claire akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan. Bukan hanya bisa kembali merasakan kedua kakinya lagi, Angel juga bisa merasakan adanya aliran mana di dalam tubuhnya. Walaupun sangat lemah, tapi dia bisa merasakan aliran itu berada di dalam tubuhnya. Itu berarti, dia bisa menggunakan sihir, walaupun tidak akan sekuat energi sihirnya saat menjadi Angel. Namun tak masalah, Angel bisa melatih mana lemah itu setiap harinya. Meningkatkan kapasitas mana yang bisa dia kendalikan setiap hari dengan cara meditasi. Lalu, dengan perlahan, dia bisa menggunakan sihir kuat dengan kedua tangannya lagi. Walaupun itu mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama, tapi Angel tak keberatan. Ditambah lagi, dia juga belum tahu sihir apa yang cocok dengan tubuh Claire ini. Jika dulu, Angel menguasai sihir api dan udara yang di atas rata-rata. Claire belum tentu memiliki elemen sihir yang sama dengannya, mengingat dia begitu payah dan lemah, mustahil dia memiliki sihir untuk menyerang yang kuat seperti itu. Kebahagiaan Angel diam-diam menular pada kedua orang tua Claire. Ellena, ibunda barunya tampak tak percaya melihat perkembangan Claire yang terlihat begitu berbeda dari sebelumnya. Sama seperti Natan, dia yang awalnya tak percaya, tapi merasa sangat bahagia melihat Claire yang biasanya hanya murung saja menjadi anak gadis yang begitu riang dan ceria. Seminggu telah berlalu, Theo belum juga terlihat batang hidungnya di rumah barunya ini. Sepertinya, ancaman Natan sanggup membuat tunangan baru Angel itu merasa ketakutan setengah mati, walau ia tak begitu mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Angel tidak benar-benar merindukannya. Dia hanya merasa sedikit kesepian, karena dia harus berkeliling rumah besar itu sendirian. Andaikan ada Theo di sana, mungkin dia tidak akan begitu merasa kesepian. Rumah Claire bisa dibilang besar. Hampir seperti salah satu bangunan yang ada di istana kerajaan Athena, bahkan struktur bangunan rumahnya pun sepertinya terbuat dari bahan yang sama. Hanya saja, rumah ini tidak sebesar dan seluas kerajaan yang bisa membuat Angel mengangkat tangan jika dipaksa harus berkeliling istana. Angel pernah tinggal di istana. Tentu, ada kalanya dia dipaksa menginap di sana untuk menghadiri pesta ulang tahun Gerald ataupun Archilles. Sebagai salah satu calon penghuni istana, Angel ingin bunuh diri setiap kali dikurung di tempat luas tapi menyedihkan itu. Gerald akan tertawa saat melihatnya frustrasi. Lalu, Angel akan berkata padanya, "Jadi, itu sebabnya kau selalu melarikan diri di tempatku setiap harinya dengan alasan mau berlatih?" Gerald masih tertawa saat membalas, "Itu salah satunya. Alasan lainnya, karena aku ingin melihatmu setiap hari." Angel menggeleng pelan. Potongan peristiwa itu membuat hatinya bergetar. Terlebih, ingatan tentang Gerald yang telah membunuh keluarganya. Semua itu membuat Angel merasa, jika kebahagiaan yang ia rasakan saat bersama laki-laki itu bagaikan mimpi indah sebelum menghadapi kenyataan mengerikan. Angel menatap taman bunga yang cukup luas di sekitar pagar rumah besar Skywish. Taman itu sangat tertata rapi dan indah, seperti sengaja disusun agar Claire merasa betah dan takkan pernah meninggalkan rumah. Dengan keadaan seperti itu, Angel ragu Claire pernah diizinkan pergi dari ini. Angel pasti sudah frustrasi jika harus menetap selamanya di tempat ini, tapi mau bagaimana lagi? Keadaan Claire yang terlalu lemah itu takkan bertahan lama di luar jika tak ada penjagaan yang sangat luar biasa ketat. Tatapan Angel berubah menjadi pedih. Disentuhnya sebuah kelopak bunga mawar merah yang dipenuhi duri di batangnya. "Kau sangat cantik," katanya, pada bunga itu. "Andaikan aku bisa membawamu keluar dan mengenalkanmu pada dunia, kecantikanmu pasti tidak akan sia-sia." Angel berulang kali bercermin, melihat penampilan Claire yang begitu cantik dengan rambut pirang nyaris berwarna putih, juga mata biru langit yang begitu indah. Dia sangat cantik, tapi dia harus terkurung di sini. Sama seperti bunga mawar yang ditanam di sekitar pagar rumah ini. "Kau takkan bisa membawanya pergi, tanpa membawa akar dan juga tanah yang bisa membuatnya hidup." Suara itu membuat Angel membeku. Dia seperti pernah mendengar suara itu sebelumnya, tapi di mana? Siapa? Lalu kenapa pula dia mengajak Claire berbicara? Apakah Claire mengenalnya? Kepala Angel menoleh dengan perlahan. Wajah dengan senyum nakal menghiasi bibirnya, ditambah kerling geli menghiasi kedua mata hijaunya. "Hai!" sapanya ceria. Mendadak tubuhnya terasa kaku. Dia jelas-jelas mengenal siapa laki-laki itu. Sosok laki-laki yang selalu bersama Gerald setiap hari. Dia yang pernah mengenalkan diri sebagai penjaga pangeran kedua kerajaan Athena, tunangannya Gerald. Nama laki-laki itu ... Raphael. Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia bisa sampai di sini? Dia pasti ikut membunuh keluarganya dulu. Apa dia kemari, karena dia tahu Angel masih hidup di tubuh Claire? Lalu, apakah Gerald datang bersamanya? Atau malah Archilles yang mengikutinya dari belakang, karena tahu Angel masih hidup hingga sekarang, jadi dia ingin membunuhnya sekali lagi? Ketakutan menyerangnya begitu saja. Angel melangkah mundur, raut wajahnya dipenuhi ketakutan saat melihat Raphael merentangkan kedua tangan. "Claire?" panggil Raphael yang heran melihat Claire malah mengambil langkah mundur dan menatapnya ketakutan. Raphael melangkah maju untuk mendekati Claire, tapi perempuan itu malah berbalik lalu berlari pergi dengan cepat meninggalkannya. Wajahnya menunjukkan jika dia sangat ketakutan melihat Raphael berada di sana. "Aku mengharapkan sebuah pelukan, tapi dia malah ketakutan. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?" tanyanya heran. "Mungkin sebaiknya, kau membuang pedangmu sebelum masuk kemari. Kau tahu, adikmu baru saja kembali dari maut dan kau datang membawa pedang seperti ingin mengambil nyawanya, dia pasti sangat takut." Raphael mengerling ke arah ayahnya. "Jangan membuatku tertawa, Natan. Leluconmu sama sekali tak lucu untuk didengarkan." "Aku tidak membuat lelucon apa pun untukmu. Aku mengatakan yang sebenarnya. Dia mungkin takut melihatmu membawa pedang di pinggang seperti itu." Natan menatap Raphael dengan serius. Dia sebenarnya sedikit kecewa pada anak laki-lakinya itu. "Burung itu harusnya telah sampai di tempatmu. Kenapa kau baru kembali hari ini? Bagaimana kalau saat itu adikmu benar-benar mati dan kau takkan bisa menemuinya lagi?" Wajah dipenuhi senyum nakal itu menghilang menjadi raut kesedihan. "Aku juga ingin kembali saat itu juga. Aku akan menyesal jika tak bisa melihatnya lagi untuk terakhir kali. Tapi keadaan Gerald akan menjadi lebih parah jika aku pergi meninggalkannya." "Apakah dia masih terpuruk setelah mendengar kabar kematian tunangannya? Aku mendengar sedikit kabar tentang pengkhianatan keluarga Airfist dari Peachell, tapi aku tak menyangka mereka telah mati sebelum keluarga kerajaan menyelidiki kebenarannya." Natan menatap Raphael dalam-dalam. "Gerald lebih dari kata terpuruk. Aku seperti melihat monster mengerikan telah merasukinya dan membuatnya lepas kendali. Terutama saat dia mengingat kembali tunangannya. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain tetap berada di sampingnya." Raphael geleng kepala, lalu mengembuskan napasnya panjang. "Bagaimana keadaan Claire? Dia benar-benar hidup kembali?" "Iya, tapi dia kehilangan semua ingatannya. Aku dan Ellena tak keberatan akan hal itu, terlebih Claire yang sekarang terlihat lebih baik dari sebelumnya. Dia lebih ceria." Natan menoleh ke belakang, di mana Ellena membawa Claire yang bersembunyi di balik punggungnya saat mendekati mereka. "Kau tak perlu setakut itu pada Raphael. Dia adalah kakakmu, dia takkan berbuat macam-macam padamu!" Claire terlihat begitu terkejut mendengarnya. Ellena menarik putrinya agar berdiri di depan dan menghadapi Raphael yang lagi-lagi memberikan senyuman nakalnya padanya. "Ayo, dia menginginkan pelukanmu!" Ellena mendorong Claire hingga dia benar-benar sampai di hadapan Raphael. Pria yang jelas-jelas lebih tua darinya itu langsung memeluk tubuhnya. Sangat erat dan begitu erat. "Aku minta maaf karena tidak ada di sampingmu saat kau membutuhkanku. Aku menyesal, tapi aku tidak bisa berbuat banyak dengan keadaanku. Maafkan aku, Claire! Aku berharap kau mau memaafkanku." Angel dengan ragu membalas pelukan Raphael. Seumur hidupnya, dia tak pernah berpelukan dengan siapa pun kecuali kedua orang tua dan sepupu-sepupunya yang masih kecil. Namun, kali ini, dia dipeluk oleh pria dewasa yang katanya berstatus sebagai kakaknya. Pelukan yang hangat dan sangat menenangkan. Raphael dipenuhi kasih sayang dan kelembutan. Dia benar-benar menyayangi Claire ... dan Angel iri akan kasih sayang seorang kakak yang tak dimilikinya itu. "Apakah aku boleh memanggilmu kakak?" tanya Angel dengan wajah bersembunyi di balik d**a bidang milik Raphael yang jantungnya berdebar kencang kala memeluknya erat. "Kenapa kau menanyakan hal seperti itu? Tentu saja kau boleh memanggilku kakak, karena aku memang kakakmu." Maafkan aku ... karena telah menggantikan posisimu. Aku sangat menikmatinya. Aku menikmati semua ini; kasih sayang keluarga, kehangatan mereka, dan semua perhatian yang diberikan padaku ... aku menyukainya. Sangat ... aku ingin menjadi dirimu untuk selamanya. Bolehkah aku menjadi Claire saja dan melupakan jika diriku seorang Angelica von Airfist? ____
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN