"Gimana?," Tanya Gabby setelah menjauh dari Moana dengan menaik turunkan alis nya meminta pendapat Moana.
"Gab Lo…serius?, Lo yakin sama rencana Lo?," Tanya Moana dengan penuh keraguan, dan tidak ada percayanya sama sekali pada Gabby.
"Yups, kenapa?, Lo ragu sama ide gue?," Tebak Gabby, Moana hanya mengangguk lemah sambil melirik Gabby dengan bibir yang di buat-buat seperti monyong dan memutarnya ke kanan ke kiri.
"Udah, Lo tenang aja, Lo tidak perlu melakukan banyak hal, tugas Lo hanya bantuin gue gimana caranya agar nenek gue tidak tau, udah itu aja." Ucap Gabby dengan santainya,
"Tenang-tenang, pala Lo PENANG, justru karena tugas gue nyelamatin Lo dari nenek Feli itu harus melakukan banyak hal bego. Lo kayak gak tau nenek Lo aja, dengan santainya bilang kalo gue tidak perlu melakukan banyak hal, kalo gue ngikutin saran Lo dengan santai begitu, yang ada Lo bisa di kubur hidup-hidup sebelum Lo beraksi." Ucap Moana dengan kesalnya,
"Hehehe, ya bantuin lah." Pinta Gabby dengan memasang wajah pura-pura sedihnya serta dengan kedua tangan yang sudah mengatup.
"Hmm, baiklah. for my best friend" jawab Moana hingga membuat Gabby kegirangan.
"Ok, malam ini kamu menginap di sini ya!, Gue gak mau besok saat gue bangun tidur, terus ingat sama perjodohan itu tapi gak ada Lo, gue berasa kayak hidup sendirian, plis ya nginep di sini, kalo ini aja!," Pinta Gabby yang langsung dijawab anggukan oleh Moana.
"you are my best friend" ucap Gabby senang sambil memeluk Moana dengan erat.
"Ihhh, gue gak bisa nafas PEA." Teriak Moana dengan kesal karena Gabby memeluk nya dengan begitu erat.
"Hehehe, yuk bobo!" Ajak Gabby sambil menarik tangan Moana dan berbaring.
Kediaman Nicholas
Pagi-pagi Sean sudah mendapat telepon dari orang kepercayaan kakek nya. Sean langsung menghadiri undangan kakek nya di rumah utama, Sean tidak pernah membantah apapun perkataan kakek nya karena keluarga Sean yang saat ini Sean miliki hanyalah kakek nya seorang.
"Silahkan Tuan!," Fatur mempersilahkan Sean masuk kedalam mobil dan mengantarnya ke rumah utama. Sean yakin kakek nya menyuruh ke rumah utama tidak lain karena urusan perjodohan yang Sean anggap hanyalah sebuah perjanjian konyol di masa lalu.
"Bagaimana hasilnya?," Tanya Sean pada sang asisten atau orang kepercayaan nya.
"Masih belum ada perkembangan Tuan, tidak ada tanda-tanda Nona Paula akan kembali ke negara ini Tuan!," Jawab Fatur sesuai informasi yang dia dapat.
Huft
Sean menghela nafasnya kasar saat mendengar jawaban lugas dari orang kepercayaan nya.
"Teruslah pantau, kalo ada perkembangan segera kabari aku!," Ucap Sean yang di balas anggukan oleh Fatur.
Tidak membutuhkan waktu lama, Sean sudah sampai di rumah utama. Sean dengan langkah lebarnya masuk ke dalam kediaman Nicholas dengan masih di dampingi Fatur dari arah samping.
"Selamat datang cucuku!," Sambut Widiantoro dengan senangnya sambil merentangkan kedua tangannya. Sean menyambut pelukan Antoro dengan datarnya seperti biasa.
"Kakek yakin kamu sudah tau apa tujuan kakek menyuruhmu datang kesini!," Ucap Antoro sambil mendudukkan dirinya di sofa single tepat di hadapan Sean. Sean hanya menanggapi ucapan Antoro dengan anggukan kecilnya.
"Jadi bagaimana?, Apa kamu sudah memberi keputusan kapan kamu siap menikahi gadis pilihan kakek?," Tanya Antoro sambil menatap wajah cucu nya.
"Apa harus secepat itu aku harus menikahi gadis itu?," Jawab Sean dengan sebuah pertanyaan,
"Kakek pasrahkan sama kamu, kapanpun kamu siapnya, kakek akan mengurusnya." Ucap Antoro. Sean lama terdiam tanpa membalas ucapan Antoro ataupun mengusulkan sesuatu. Entah apa yang ada di pikiran Sean, yang jelas saat ini terlalu banyak pikiran.
"Baiklah Kek aku nurut saja sama kakek, dan untuk pertemuan nya, nanti malam saja, Karena besok, Sean harus pergi dan mungkin dalam waktu yang lama untuk kembali ke kota ini, jika sudah tidak ada lagi yang mau di bahas, Sean akan ke kantor!" Pamit Sean datar sambil berdiri dari duduknya.
"Segera kabari kakek, kapan kamu siap untuk melangsungkan pernikahan mu. dan untuk nanti pertemuan nanti malam, kakek akan segera mengurusnya" Ucap Antoro yang ikut bangun dari duduknya, Sean hanya menjawab dengan anggukan saja, lalu keluar dari rumah megah itu yang hanya ditinggali oleh kakeknya serta orang kepercayaan kakeknya dan para pekerja rumah lainnya. Sean langsung menuju kantornya dengan masih didampingi oleh Fatur.
Kediaman Feli
Saat ini Feli tengah bersiap untuk ke acara pesta ulang tahun sahabat lamanya, Feli bersiap untuk menghadiri acara pesta itu dengan ditemani oleh pelayan pribadi nya, sedangkan Gabby dan juga Moana masih bergulung dengan selimut halusnya padahal matahari sudah tinggi, tapi kedua gadis itu tak juga kunjung bangun dari tidurnya, sengaja memang.
"Apa cucuku masih belum turun?," Tanya Feli pada pelayan pribadi cucunya,
"Tadi saya sudah mencoba mengetuk pintu kamar Nona Gabby Nyonya, tapi tidak ada tanda-tanda Nona akan bangun ataupun turun." Jawab Ina pelayan pribadi Gabby dengan menundukkan kepalanya.
"Baiklah, kamu terus pantau, jaga dia, jangan sampai kamu kehilangan jejak dan meloloskan diri dari sini hingga membatalkan rencana perjodohan ini." Perintah Feli pada Ina, Ina mengangguk dengan ragu-ragu, takut jika dirinya gagal dalam melaksanakan perintah dari Nyonya besarnya.
"Baiklah, aku pergi dulu, ingat!, Jangan sampai kecolongan." Ucap Feli dengan sekali memberi peringatan pada Ina. Feli pergi dengan ditemani oleh Yuana orang kepercayaan nya, Mereka pun pergi.
Dalam kamar Gabby
"Yakin nih?, Gak mau di pikir-pikir dulu?," Tanya Moana sebelum melancarkan aksinya,
"Udah, Lo tenang aja, ini kesempatan emas buat gue, gue gak mau sia-siain kesempatan ini, kapan lagi coba nenek pergi?, Jarang-jarang nenek tidak ada di rumah, Lo santai aja, ok." Ucap Gabby seraya menenangkan sahabatnya agar tidak terlalu panik. Karena Gabby tau, apapun, jika melakukan sesuatu dengan di landasi rasa kepanikan, pasti hasilnya tidak akan maksimal.
"Ok, yang penting Lo bisa menjamin keamanan hidup gue, gue tidak mau ya, setelah gue bantuin rencana licik Lo, tiba-tiba hidup gue jadi tidak tenang, jadi kebayang dengan hal-hal yang buruk." Ucap Moana sambil membantu Gabby dalam memakai pakaian penyamaran nya.
"Ok, gue jamin itu, bahkan taruhannya ada nyawa gue." Ucap Gabby dengan suara mantapnya.
"Segitunya Lo pengen batalin perjodohan Lo, padahal Lo sendiri kan juga belum tau gimana orangnya, sifatnya kek gimana, udah main tolak aja." Ucap Moana ingin tau apa alasan sahabatnya menolak keras dengan perjodohan ini.
"Hemm, gimana lagi, gue kan masih belum puas dengan masa remaja gue, dan sekarang tiba-tiba disuruh nikah, berasa hidup gue kayak mau berhenti aja tau gak." Ucap Gabby dengan tampang yang menyedihkan.
Setelah lama Moana dan juga Gabby saling beradu argumen, akhirnya Moana memutuskan untuk segera memulainya sebelum rencananya Gatot, alias gagal total.
"how, is it safe?," Tanya Moana pada Gabby, Gabby menjawab dengan anggukan.
"Baiklah, kita mulai." Ucap Moana dengan memberi aba-aba pada Gabby, dan dengan hitungan jari ketiga, Gabby harus berhasil.
"Ok." Jawaban Gabby sambil menyatukan jari telunjuknya dengan jari jempolnya memberi kode bahwa dirinya sudah siap.
"Ok, kita mulai,
1.
2.
....
hayo....., masih penasaran gak sama rencana Gabby dan juga Moana?, siapa yang penasaran?.