“Wajah Om dulu beda. Dulu kan kurus banget. Trus pas ketemu waktu di pasar itu Om ndutan," tanggap Sabine sambil mencubit pinggang Niko. Niko sedikit meringis. Diraihnya tangan Sabine yang usil itu dan mengecup-ngecupnya. “Dia manja sekali, Niko,” sela Akhyar. “Iya, Pa. Banget. Tapi pas aku menikah saat itu, dia berubah. Rajin dan bisa mandi sendiri ... Trus, apa, Yang? Masak ya? Enak masakannya, Pa,” Niko mencubit-cubit pipi Sabine gemas. Sabine menatap wajah Niko dengan tatapan manjanya. “Wah. Ntar pulang nanti, masakin papa ya, Sabine?” pinta Akhyar. Sabine mengangguk sambil memainkan alis matanya. “Hm … Papa hampir lupa, Nik. Apa kamu mau bersedia bekerja di kantor papa lagi?” tanya Akhyar hati-hati. Niko langsung menggeleng cepat. “Nggak, Pa.” “Kenapa? Segan ada Bira? Kan dia

