“Bira dulu yang membawa Niko kerja di kantor Papa awalnya. Bira yang merekomendasikan Niko, meyakinkan Papa agar menerima Niko. Yah, mungkin Niko merasa sangat dekat dengan Bira, Bira juga begitu, jadi peristiwa yang terjadi di antara mereka, tidak begitu mereka persoalkan.” Sabine menggeleng. “Jadi, aku manggil dia apa, Pa? Om atau Ammi seperti aku manggil Ammi Saif?” tanyanya menyadari bahwa Bira juga salah satu kerabat dekatnya. “Om Bira saja. Karena papa Bira bukan Arab. Kakekmu, Sirojuddin Amir, adalah kakak dari mamanya Bira yang menikah dengan pria yang berasal dari Semarang.” Sabine tercenung. Mengingat saat dirinya hampir menjadi sugbab Bira. Ternyata Bira adalah pamannya. “Bira … juga staff Papa yang bagus. Pekerja keras. Tapi ya....” Akhyar tiba-tiba terkekeh. “Kenapa, Pa?

