Kini Niko sudah berada di depan pintu rumahnya. Terdengar samar-samar derai tawa dari dalam. Ada juga suara anak-anak. Denting piano pun sayup-sayup terdengar. Hal ini tentu saja membuat hati Niko bertambah tidak tenang. Niko memencet bel pintu rumahnya. Satu kali saja. Setelahnya. Cukup lama dia menunggu pintu rumah terbuka. Dipandangnya wajah Sabine yang tersenyum pasrah ke arahnya, juga wajah Akhyar yang tampak lelah. Niko semakin cemas, karena suara-suara dari dalam sudah reda. Bunyi denting piano juga tidak terdengar lagi. Lima menit kemudian, barulah pintu dibuka. "Oh, kamu, Niko. Masuklah," sapa Pak Darius. Papa Niko. Dia sekilas melirik Akhyar dan Sabine. Niko pun masuk setelah Pak Darius membuka pintu rumah. Akhyar menahan Sabine yang hendak masuk. "Kita belum disuruh masu

