Niko mendengus. Dia hisap rokoknya dalam-dalam, dan menghempaskan asapnya sepelan mungkin. “Pa … aku....” Niko tak sanggup melanjutkan kata-katanya. “You’re on. Apa alasan lain yang menghambat? Kamu ceklah. Lusa. Sudah aku booking dokter buat kamu.” Wajah Niko berubah. Trauma mulai menjalar ke sekujur tubuhnya. “Pa. Aku ... hm, maaf.” Tangan Niko sedikit bergetar. Diurutnya dahinya dengan tangan yang menjepit rokok. Dia cemas. “Kenapa cemas. Cuma cek, lalu kamu ikuti saran dokter. Makanan apa yang seharusnya kamu konsumsi, apa pantangannya. Dari sekarang. Usia kamu makin lama makin tua.” Niko menundukkan pandangannya. “We support you. Don’t worry. Apapun hasilnya, kita terima. Biar aku tenang, kamu juga. Meskipun hasilnya mengecewakan.” Niko mencoba memberanikan diri menatap Akhyar

