Hati yang memanas

1104 Kata
Deandra tidak pergi ke toilet. Namun, dia pergi ke lorong dekat toilet, dia tertunduk saking malunya mengingat perkataannya tadi pada Marco. Seorang pria pun mendekati Deandra lalu memegang bahunya dengan tangan kiri dan satu tangan lain memegang tembok, seolah mengunci Deandra agar tidak pergi. "Kau benar-benar mencintaiku?" Lagi-lagi suara bariton merdu itu membuat jantungnya berdebar tak menentu. Deandra menatap Marco dengan tatapan penuh cinta. Ya, pria itu adalah Marco. "Lihat mataku! Apa terlihat ada kebohongan di sana?" ucap Deandra. Marco pun terdiam. "Aku begitu mencintaimu sampai hatiku sakit,” ucap Deandra lagi sambil memegang dadanya. Tangan Marco berpindah dari bahu Deandra ke bibir Deandra, dia mengusapnya seolah Deandra tidak harus melanjutkan perkataannya barusan. Marco mendekatkan bibirnya, pria itu hendak mencium Deandra. "Deandra, di mana kau?!” Tiba-tiba suara Devin terdengar menggema di telinga Deandra. “Pak, maaf saya harus pergi.” Deandra pun buru-buru pergi ke sumber suara. Sementara Marco hanya memejamkan mata dan mengepalkan tangannya. “Sialan kau, Devin !” Deandra kini sudah menghampiri Devin yang terlihat sangat mabuk. “Pergi ke mana saja kau, jalang?!” tanya Devin. “Aku hanya pergi ke toilet sebentar.” “Jangan bohong kau! Kau ingin pergi dariku kan?!” seru Devin sambil mendorong bahu Deandra. “Kau sudah mabuk parah, ayo kita pulang, Vin!” Deandra mendekat dan memapah Devin. “Kau tau aku sangat mencintaimu, bukan?” “Iya, Vin.” "Kau tak akan meninggalkanku kan, jalang?!” Deandra terdiam sambil berjalan memapah Devin keluar dari club itu. “Jawab Deandra !” seru Devin. “Iya, Vin.” “Anak pintar,” ucap Devin sambil mengelus rambut Deandra. Deandra sudah biasa dengan sikap Devin yang seperti ini, bukan kali pertama pula Devin mengajak Deandra ke club dan seperti hari ini, Deandra hanya dapat menyaksikan Devin dengan para wanitanya. Deandra langsung memesan taksi begitu tiba di pelataran club dan mereka pun pergi dari club dengan disaksikan Marco yang mengepal tangannya dan memukul tembok. "Dasar, b******n !” umpat Marco. *** Marco dan Devin memang tidak saling mengenal, Marco hanya tahu bahwa Devin adalah CEO dari Yudistira Grup yang mempunyai karir mentereng. Dia cukup jenius dan sukses menjadi CEO di usia muda sama seperti Marco. Dan, Devin hanya tahu bahwa Marco adalah CEO dari Baskoro Grup yang sekarang adalah bos kekasihnya–Deandra. Marco bukan tipe laki-laki kepo yang ingin tahu urusan orang lain, tapi melihat perlakuan Devin pada Deandra membuatnya sangat geram sampai pria itu ingin mengetahui siapa Devin Yudistira yang sebenarnya. Hari libur yang biasanya dia pakai untuk bersantai dan berolahraga pun, hari ini dia putuskan untuk mencari tahu tentang Devin. Ingin rasanya dia menghubungi Deandra menanyakan keadaannya setelah kejadian di club semalam. "Bagaimana? Apa ada info soal si Devin itu?" tanya Marco pada Nathan. "Menurut data yang saya baca jika disimpulkan, Deandra menjadi kekasih Devin setelah PT Salim Sejahtera di akuisisi oleh Yudistira Grup." "Sudah kuduga, Deandra memang terpaksa bersama Devin,” ucap Marco. Marco jadi membayangkan betapa tersiksanya Deandra bersama Devin saat mengingat bagaimana perlakuan Devin pada Deandra. “Deandra." Marco bicara dalam hati sambil menutup mata, membayangkan kekasih hatinya itu. "Aku begitu mencintaimu. Aku tidak akan membiarkan kamu terus tersiksa bersamanya," batin pria itu lagi. *** Deandra sedikit bernafas lega, pasalnya Devin yang semalam m4buk parah tidak akan mengganggunya hari ini. Deandra sebenarnya sayang terhadap Devin. Namun, dia menganggap Devin seperti kakaknya sendiri tidak lebih. Hati Deandra memang sudah terkunci pada Marco sejak dulu. Deandra jadi teringat kejadian malam saat dia mengungkapkan perasaannya pada Marco seperti dulu. Untungnya hari ini hari libur. Jadi, dia setidaknya tidak bertemu dengan Marco untuk dua hari ke depan. "Apa yang kau katakan semalam sangat memalukan Deandra!" ucapnya sambil menghadap cermin. "Kau memang selalu tidak bisa menahan perasaanmu, bahkan selalu saja kau ungkapkan tanpa dipikirkan!" Deandra menarik napasnya. "Aku hanya tak ingin Pak Marco menjauh lagi dariku," batin Deandra sambil meratapi nasibnya. Hari sabtu ini, akan Deandra gunakan untuk merawat dirinya juga menenangkan hati dan pikirannya sebelum hari minggu tiba karena hari minggu dia harus menemani Devin seperti biasa. Minggu ini jadwal Devin adalah bermain Golf, dia harus bersiap-siap menjadi pembantu Devin lagi. Ya, Devin selalu memperlakukan Deandra seperti itu. Devin sering mengungkapkan bahwa dia sangat mencintai Deandra. Namun, karena perlakuannya itu, Deandra sama sekali tak memercayainya. *** Waktu pun berjalan begitu cepat, saatnya kembali bekerja. Devin ada agenda ke Jepang untuk dua minggu ke depan dan berangkat di Minggu malam. Tentu saja sudah jelas Deandra yang akan menyiapkan semua keperluannya, harusnya Devin merasa beruntung mempunyai kekasih seperti Deandra. Untungnya Deandra tidak telat datang bekerja hari ini, dia hanya tidak datang pagi-pagi seperti biasanya. "Selamat pagi." "Se-lamat pa-gi, Pak Marco," ucap Deandra sedikit terbata karena terkejut Marco menyapanya terlebih dahulu. Mahendra yang selalu mendampingi Marco pun tersenyum kepada Deandra. Mereka masuk ke ruangan CEO. "Syukurlah, mood Pak Marco sudah kembali," batin Deandra. "Mungkin karena sudah bertemu lagi dengan Katrina, Pak Marco kembali ceria," sambungnya menebak. Deandra masih belum sadar bahwa mood Marco berubah bukan karena Katrina melainkan karena dirinya. Deandra hanya takut terbawa perasaan sehingga dia tidak mau terlalu percaya diri dan menganggap Marco mencintainya. "Dra, kamu dipanggil ke ruangan Bos," ucap Mahendra setelah tiba di hadapan Deandra "Baik, Pak." "Kutitip bosku ya, aku ada keperluan sebentar," ucap Mahendra lagi. Deandra pun tersenyum sambil berlalu pergi. Saat ini, detak jantung Deandra bergemuruh dengan hebatnya. Dia sebenarnya masih belum siap bertemu dengan Marco mengingat malam itu saat dia mengungkapkan perasaannya pada Marco. Namun, karena itu perintah atasan, Deandra pun coba memberanikan diri ke ruangan CEO. "Pak, aku ijin masuk," ucap Deandra setelah mengetuk pintu ruangan sebanyak dua kali. "Masuklah!" Mendengar jawaban Marco, detak jantung Deandra semakin berdegup kencang. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Deandra begitu tiba di hadapan Marco. "Apa saja agendaku hari ini?" "Agenda bapak hari i-ni." Deandra mendadak lupa agenda Marco hari ini. "Hari i-ni, Bapak ...." "Kenapa? Kamu lupa?" tanya Marco, dia tidak marah melainkan sedikit tertawa. "Maaf, Pak, tapi saya lupa, sebentar saya akan melihat kembali jadwalnya," ucap Deandra, dia hendak pergi ke mejanya untuk melihat lagi agenda Marco hari ini. "Tidak usah, Deandra, kemarilah!" pinta Marco dengan tersenyum. Deandra pun seketika diam mematung. Pandangannya kembali menatap Marco. Merasa heran dengan perintah atasannya itu. "Ayo duduklah di sini!" Marco kembali memberi perintah setelah melihat Deandra masih diam tak beranjak. Pria itu ternyata tidak menunjuk sofa kosong yang ada di sebelahnya, tetapi menunjuk pahanya. "Ya Tuhan, apa yang akan Pak Marco lakukan? Apa jangan-jangan dia akan ...?" Deandra melangkah ragu. Namun, entah kenapa tubuhnya seperti bergerak sendiri mendekat. Apa mungkin ini karena dirinya memang sudah jatuh cinta pada Marco hingga akan merelakan apa pun yang akan dilakukan atasannya itu? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN