Katherine meremas seprei ranjang rumah sakit, dengan air mata mengalir dan keringat bercucuran. Doanya tidak Tuhan kabulkan. Saat ini, dia harus memperjuangkan bayinya untuk lahir meski tidak genap berusia 9 bulan. Tapi, dia tidak mempermasalahkan hal itu. Yang dia inginkan sekarang, anaknya bisa lahir dengan selamat meski dalam kondisi yang—entah dia tak bisa membayangkannya. Hanya saja, semoga Tuhan mau mengabulkan permintaannya untuk kali ini saja. Beberapa menit berlalu dengan rasa sakit yang terasa sangat mengerikan. Dan Katherine di sana, berjuang sendirian tanpa ada yang mendampinginya. Hanya seorang dokter dan beberapa perawat saja. Rasa sakitnya sangat terasa. Tapi, dia harus berjuang keras agar bayinya lahir dengan selamat. “Sekali lagi, Nyonya!” Suara dokter yang memban