Kinanti keluar dari ruangan direktur marketing, dengan peralatan sapu,pel, dan lap untuk bersih-bersih. Dia melangkahkan kaki dengan tertunduk. Bukan lesu sebenarnya, tapi dia masih berfikir keras, tentang maksud dan tujuan sang direktur marketing memberikan tugas sebanyak itu tanpa di ketahui oleh siapapun. ‘Hmm…ini aneh, gak, sih? Seorang direktur marketing, tiba-tiba ramah dan baik padaku? Apa benar, kata Wlda. Kalau dia suka sama aku?’ Kinanti menggelengkan kepalanya. ‘Enggak deh, dia aja selama di dalam bukannya manis, malah tegas banget. Kalau suka, pasti dia mencoba merayuku aau bagaimana, buktinya enggak sama sekali. Malah dia kayaknya antusias banget mau ngajari aku, berperang di perusahaan. Apakah dia merasa kasihan padaku karena kemarin aku sudah di usir dari lift sampai jatu

