Lagi-lagi Kinanti keluar dari dalam lift, karena mendapat diskriminasi dari karyawan perusahaan miliknya. “Kenapa mereka jahat-jahat sekali? Apakah papa sembarangan saja memilih karyawan?” Bisik Kinanti dalam hati sembari mencoba melangkah mencari tangga berada. “Mau kemana kamu?” Tanya sebuah suara yang membuat Kinanti menoleh ke arah sumber suara yang cukup dia kenal. Ya, itu adalah suara yang barusan. Pria yang telah menolongnya ketika tersungkur, Kinati menggaruk kepalanya yang tak gatal. ”Saya nyari tangga, Pak. Naik tangga sajalah. Sepertinya lift perusahaan hanya untuk staf dan leader…” jawabnya kesal, karena sudah dua kali ter-usir dari lift perusahaan sendiri, sayangnya dia harus menahan diri untuk mengungkapkan identitasnya, sembari mencari tahu masih adakah orang yang loyal de

