Pagi itu, Kinanti memilih bangun lebih awal, karena dia masak untuk bekal makan siang mereka berdua. ”Sayang…kamu siapin bekal buat Wilda, doang?” Tanya Harry menatap ke arah Kinanti dengan dahi bertaut. Seolah tahu jika sang suami jika menginginkan masakan buatannya, Kinanti kini yang sedikit lebih peka, langsung menjawab pertanyaan sang suami. ”Ya, tentu enggak, dong, Sayang. Buat suami dulu, baru buat kami berdua. Meski masakanku gak enak, semoga suami mau ya makannya…” sahut sang istri membuat Harry mendekat dan memeluknya dari belakang. ”Sayang…meskipun masakanmu rasa garam, aku tetap memakannya, Sayang. Itu tidak perlu kamu ragukan. Selagi yang masak itu kamu, aku pasti bakalan makan apapun itu…” jawab sang suami lagi. Dia menciumi sang istri yang masih belum mandi pagi. “Aroma ac

