Pintu ruangan Brandon terbuka. “Maaf, Pak. Saya mau mengabari, kalau Titi belum sampai, katanya kejebak macet…” ucap sang sekretaris denga sopan. ”Ohh, begitu…” Brandon menarik nafas panjang, seolah menyesalkan kejadian ini. lalu menoleh ke arah sang CEO. “Wahh! Gimana ini, Pak. Sepertinya masih lama, dia nya…” “Yaudah, deh, pak Brandon. Saya cabut aja dulu, semoga kapan-kapan bisa bertemu di luar dengan duduk santai…” ucap Ammar dengan tenang dan tanpa rasa curiga sama sekali. ”Wahh, dengan senang hati, Pak. Maaf, telah membuang waktu bapak sia-sia…” ucapnya lagi. ”Tidak masalah…yang terpenting, semoga kalau memang itu yang terbaik, bisa di segerakan. Dan tidak usah melirik sana-sini, karena itu tidak akan ada gunanya. Yang kita pilih ternyata adalah yang terbaik yang sudah di cipta

