Bab 9

1426 Kata
"Ini bunga untuk kamu" Adam meletakkan sebuket bunga di pangkuan Gilina, Gilina yang kaget langsung menatap Adam, Adam tidak tersenyum tapi juga tidak cemberut, wajahnya datar dan Gilina semakin bingung  bagaimana Ia menjelaskan kalo Ia berniat menolak penawaran Adam. "Maaf... saya tidak..."Gilina hendak mengembalikan buket itu, namun Adam memberi tanda agar Gilina tidak menolak bunga itu. "Mungkin ini terlalu cepat, beberapa hari yang dulu aku pernah membahas masalah ini dengan kak Selmi dan dengan lantangnya aku berkata tidak akan pernah tertarik dengan kamu dengan suatu alasan yang menurut aku sangat kekanakan, tapi nyatanya... benci dan rasa sayang hanya setipis kulit ari, ada sesuatu di diri kamu yang membuat aku... hmmm ingin dekat" mendengar perkataan Adam membuat Gilina salah tingkah dan Ia berdiri dari tempat duduknya. "Maaf pak Adam, bukannya saya ingin mempermainkan perasaan pak Adam, tapi... tapi sepertinya saya tidak bisa, bayang-bayang almarhum suami saya selalu menghantui saya dan Ano ketika saya hendak membuka hati" penjelasan Gilina membuat Adam semakin tertarik memiliki Gilina, Ia sudah menyelidiki siapa Gilina dan bagaimana suaminya bisa meninggal, dan menurut kabar yang di dapatnya, suami Gilina mengalami kecelakaan dan meninggal walau mayatnya hingga kini tidak dapat ditemukan. "Bukan bayang-bayang suami yang membuat kamu sulit membuka hati, manusia memang diciptakan memiliki hati dan sebagai perempuan wajar kamu sangat mencintai mendiang suami kamu, tapi bukannya hidup harus jalan terus, terutama bagi wanita secantik dan semuda kamu, menghabiskan waktu untuk mencintai 1 pria, aku rasa sangat buang-buang waktu" Gilina membuang nafas dan memutar tubuhnya, ia menatap Adam sedikit kesal. "Siapa bilang saya hanya akan mencintai mendiang suami saya seumur hidup, tidak pak Adam... bukannya saya tidak bisa mencintai pria lain, tapi saya yang tidak mau... karena Ano, anak itu semenjak didalam kandungan sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang ayahnya, dan mendengar ia meminta saya untuk tidak mencari ayah baru untuknya, saat itu juga saya memutuskan untuk melupakan perkataan pak Adam, bagi saya Ano adalah hidup dan nafas saya, karena hanya dia satu-satunya peninggalan mendiang suami saya, kebahagiaannya adalah nafas saya" Adam membuang nafasnya, jadi Ano lah halangannya mendapat Gilina dan ego yang tidak ingin kehilangan apa yang diinginkannya membuatnya memutuskan untuk mencoba mengambil hati Ano. "Jika Ano yang menjadi pertimbangan kamu, oke... beri aku waktu untuk meyakinkan Ano kalo Aku pria yang tepat menjadi ayah barunya" Gilina lagi-lagi menbuang nafas, kenapa hidupnya semakin rumit setelah berkenalan dengan 2 pria asing, yang 1 kini seenaknya mendominasi keluarga dan rumahnya, dan kini ada 1 pria lagi yang sibuk memberikan penawaran pernikahan yang terburu-buru. "Pak Adam.." "Stsssss jangan panggil pak Adam, panggil saja Adam... saya tidak setua itu, ya sudah saya permisi ke dapur dulu" Adam dengan santainya melenggang meninggalkan Gilina terdiam tanpa bisa membalas perkataan Adam.  **** Gilina membuka pintu kamar Ano dan betapa terkejutnya Ia melihat Ano berbaring di atas badan Gerand, Gilina ingin masuk dan membangunkan Gerand tapi langkahnya terhenti ketika tangannya ditahan Seloira. "Biar saja, Ano sangat rewel tadi... Mama dan Papa sampai kewalahan, tapi kedatangan Gerand langsung membuat anak itu jinak, biar saja mereka tidur..., toh dia tidak menganggu kamu" perkataan Mertuanya membuat Gilina mengurungkan niatnya. "Ano rewel kenapa lagi Ma, kenapa Mama tidak hubungi Gili" tanya Gilina heran, sudah beberapa hari ini ia selalu mendengar Ano rewel dan nakal. "Nggak tau Mama juga bingung kenapa dengan anak itu, asal kamu tau tadi Selmi menghubungi Mama dan memberitahu kalo Ano sangat nakal di sekolah, semua temannya di pukul, Selmi bahkan terpaksa menghukumnya" perkataan Seloira membuat Gilina kaget, ANo bukan tipe anak nakal, tapi laporan jika Ano memukul temannya sangat mengagetkan. "Sepertinya Gili butuh ambil cuti beberapa hari Ma, Gili akan bicara serius dengan Ano dan bertanya kenapa dia seperti itu, sekarang biarlah dia tidur dulu, besok pagi Gili akan langsung bertanya" Seloira mengangguk dan meninggalkan kamar Ano, Gilina membuang nafasnya dan masuk ke kamar Ano, dilihatnya Ano dan Gerand tidur dengan nyenyak, Gilina memungut selimut yang jatuh dilantai dan memasangkannya kembali. "Kenapa kamu sangat dekat dengan om nyebelin ini sih nak, Bunda nggak suka ah kamu dekat dengan dia, dia nyebelin tau nggak" gerutu Gilina. "Nyebelin mana aku atau kamu yang nyuekin anak dan sibuk bersama si Adam Adam itu" perkataan Gerand membuat Gilina yang berdiri disamping Gerand kaget dan ketika ia hendak mundur tanpa sengaja kakinya menginjak sendal Ano dan membuat keseimbangan tubuhnya menghilang dan untungnya Gerand langsung menangkap pinggang Gilina dan menariknya kearah kasur, Gilina terhempas kebadan Gerand dan untungnya tidak mengenai Ano yang sedang tidur. "Apaan sih, lepas!!" Gilina merasakan detak jantungnya tidak karuan. Ia berusaha melepaskan diri, tapi tangan Gerand semakin erat memegang tubuhnya. "Nggak mau!!! kapan lagi aku bisa meluk pinggang janda kayak kamu...udah kita tidur disini saja bertiga, ranjangnya besar kok, janji deh aku nggak bakal nyentuh kamu sedikitpun, suer!! kalo sentuh janji deh bakal aku nikahi langsung heheheh" Gilina memelototkan matanya kearah Gerand, Gerand tersenyum dan Gilina yang melihat senyum Gerand semakin salah tingkah. "Lepas Gerand!!! atau aku akan minta Mama mengusir kamu dari sini" Gerand menggelengkan kepalanya dan tangannya berpindah dari pinggan Gilina ke tangan Gilina, Gerand menggeser tubuh Ano kesampingnya dan mendorong Gilina tidur disamping Ano. "Tidur disini saja, kasihan Ano rewel seharian... kamu terlalu sibuk dan melupakan Ano yang sedang butuh pendampingan orangtuanya, aku memang bukan Ayahnya tapi aku tau rasa hidup tanpa orangtua dan keluarga" Gilina menatap mata Gerand, mata yang membuat kekesalan dan amarah akibat perlakuan Gerand kepadanya hilang seketika. "Aku akan keluar, kamu tenang saja..." Gerand berdiri dan mencium kening Ano pelan. "Kamu memang menyebalkan dan bisa banget buat aku marah dan kesal, tapi kamu sangat menyanyangi Ano dan begitupun Ano sangat menyukai kamu... sedangkan Adam  sangat baik dan menyenangkan tapi Ano tidak suka dan nyaman bersamanya..." Gilina menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya Ia membandingkan mereka berdua. "Argghhhh ada apa dengan gueeee!!!" Gilina memukul kepalanya dan itu tidak luput dari perhatian Gerand. "Jangan dipukul kepalanya mbak, sayang... mending sini kepalanya aku cium" Gerand langsung mendekati Gilina dan mencium pucuk kepala Gilina dengan pelan. Gilina mendorong Gerand menjauh darinya, dorongan Gilina lumayan keras dan membuat keseimbangan tubuh Gerand menghilang dan ia membentur meja disamping kasur. "Aduhhhh sakit Gili..." Gerand memegang pinggangnya, Gilina tertawa dan memeletkan lidahnya. "Syukurin.... siapa suruh m***m jadi orang, oke sebelum aku melempar barang ke muka nyebelin kamu, lebih baik kamu keluar dan jangan pernah ganggu aku lagi, paham!!" Gerand semakin tergoda untuk menyentuh bibir Gilina setelah melihat ia dengan sengaja menantang Gerand dengan memeletkan lidahnya. Gerand hendak berdiri dan ia sengaja menjatuhkan diri. "Awwww... Gili pinggang aku...." Gerand sengaja membuat wajahnya seperti benar-benar kesakitan, Gilina yang masih asyik mengejek Gerand, berubah panik dan tidak menyangka Gerand akan sesakit itu, ia berdiri dan menghampiri Gerand. "Serius masih sakit?" Gerand mengangguk, Gilina semakin tersudut dan mendekati Gerand, dipegangnya tubuh Gerand dan ia bantu Gerand untuk berdiri, Gerand tersenyum licik dan memeluk pinggang Gilina langsung. "Hahaha mudah ya menjebak janda seperti kamu, pura-pura sakit aja langsung luluh..." ucapan Gerand langsung menyadarkan Gilina kalo kali ini Ia lagi-lagi masuk perangkap serigala buas seperti Gerand. "b******k!!! lepas nggak atau aku teriak nih" ancam Gilina. "Teriak aja, jad aku ada alasan untuk menyumpal bibir kamu yang ranum itu" Gilina bergedik ngeri mendengar perkataan Gerand. "Coba aja, sekali kamu nyentuh aku, jangan harap bisa tinggal disini lagi, aku akan lapor polisi kalo kamu berusaha mencabuli aku" lagi-lagi Gilina mengancam Gerand, Gerand tersenyum terbahak-bahak. "Boleh juga tuh, sebelum dilaporkan mending dicabuli beneran, mau nggak? kasihan janda secantik kamu sudah tahunan tidak disentuh" Gilina meradang mendengar perkataan Gerand dan hendak menampar wajah Gerand, tapi tangannya di tahan oleh Gerand. "Cukup sekali kamu menampar aku dan tidak ada kedua kalinya" Gerand menarik tubuh Gilina semakin mendekatinya, diusapnya pipi dan bibir Gilina, Gilina menutup matanya. Hatinya ingin menolak tapi entah kenapa tubuhnya seperti menginginkan sentuhan Gerand. "Kamu sangat cantik Gili, dan entah sejak kapan kecantikan kamu membuat seorang Gerando Del Castillo tergila-gila dan sangatt menginginkan kamu sebagai miliknya" bibir Gerand menyentuh bibir Gilina pelan, Gerand masih berusaha membuat Gilina merasakan ketulusan hatinya melalui ciuman yang diberikannya, Gilina masih menutup matanya. Hatinya berdetak tidak karuan, ciuman yang sudah lama tidak ia lakukan dan terakhir ia lakukan dengan suaminya, dan entah kenapa ia merasa kali ini ia melakukan ciuman  dengan pria yang sama. "Jili...." Gilina menyebutkan nama Jilino setelah bibir Gerand terlepas. Gerand terkesiap dan tidak menyangka Gilina menyebut nama suaminya ketika mereka berciuman. "Hahahahaha" tawa miris Gerand terdengar didalam kamar, Gilina memegang bibirnya dan menunduk malu, bukannya marah karena telah dicium Gerand, tapi ia sangat menyukai ciuman itu, ia merasa Jilino yang menciumnya. "Maaf" Gerand berusaha menormalkan kekecewaannya, ia tau kalo Gilina masih mencintai Jilino dan sangat wajar ia menyebut nama suaminya ketika ada pria lain yang menyentuhnya. "Aku pergi, dan selamat malam" Gerand melepaskan pelukannya dan keluar dari kamar Ano. Gilina memegang dadanya dan menatap kepergian Gerand dengan pilu. "Kenapa ciuman itu... ciuman itu membuat aku merasakan Jilino lah yang menciumku, ya Tuhannnn... kenapa harus dia!!!!" rutuk Gilina. **** Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN