20. Ternyata Rekayasa

1133 Kata

Mara baru saja tiba di rumah setelah dari apotek dan membeli sarapan. Baru saja hendak mendudukkan bokongnya ke kursi, tiba-tiba saja suara ketukan pintu terdengar. “Ck, siapa?” gumam Mara kemudian berjalan ke pintu depan melihat siapa tamunya. Ia pun dibuat terkejut saat menemukan Regan berdiri di hadapan saat pintu terbuka. “Mau apa dia?” geram Mara dalam hati. Ia pun segera berniat menutup pintu tapi, seperti kemarin, Regan menahannya. Mara membuang muka dan memasang wajah sinis, ia bersedekap d**a menunggu Regan bicara. Ia seolah tak sudi bicara pada pria itu. “Kita harus bicara.” Mara melirik Regan lewat ekor mata. “Bicara saja. Cepat, dan enyahlah dari sini,” ucapnya. Regan mengepalkan tangannya, jika bukan dalam keadaan seperti ini mungkin saja ia sudah merobek mulut Mara.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN