Regan tak tahu apakah keputusannya ini benar atau tidak. Meski dua kata telah terucap, ia tak bisa berhenti memikirkannya. Semua ini karena ibunya. Dengan segudang wejangan, ibunya berhasil membuat Regan tertekan hingga mengambil keputusan. “Jangan bercanda. Sampai mati pun aku tak sudi.” Gemeretak gigi Regan terdengar mendengar jawaban dari Mara. Ia merasa Mara benar-benar menyusahkan, benar-benar gila karena menolak itikad baiknya. “Kau–” Regan menurunkan ponsel dari telinga dan menatap layar saat bunyi panggilan berakhir terdengar. Ia pun semakin kesal, semakin marah. Ia sudah seperti pengemis, sudah merendahkan harga dirinya sebagai seorang Regan tapi, Mara masih sok jual mahal. “Jangan sampai anakmu lahir tanpa sosokmu, Re. Bisa-bisa dia berpikir bahwa kau pria yang sangat ja