Erik memandang dia yang terisak. Ia sebenarnya tidak terlalu suka melihat dia menangis, terlebih dia adalah wanitanya. Ia memeluk tubuh ramping itu, ia peluk semakin erat. Di berinya kecupan pada puncak kepala itu, agar wanitanya tenang. “Kamu satu-satunya wanita yang bisa menggetarkan hatiku,” Zee melepaskan pelukkan itu, memandang Erik. Ia mengusap air mata itu, “Aku tidak bisa Rik, mengertilah, jika aku terus-terusan di sini akan berdampak buruk dikehidupan kamu,” “Rik, sadarlah aku hanya wanita yang baru kamu kenal, apapun bisa terjadi setelah ini. Jadi sebelum hubungan kita terlalu jauh, kita akhiri saja,” ucap Zee lirih, ia sudah sanggup lagi berdebat dengan laki-laki ini. Otaknya tidak bisa berpikir jernih jika berhadapan dengan Erik. “Tidak butuh waktu lama untuk aku mengenalmu

