Alshavin mengemudikan mobilnya sendiri, dia suka berkendara di sekitar jalanan ibu kota, meski katanya kota ini menjadi pusat kemacetan, namun dia suka melihat keadaan di sekeliling yang jarang dia temui di negara ibunya. Tiba-tiba ketika berada di depan rambu lalu lintas dia pun terbatuk, setelah itu dia menepikan kendaraannya menuju warung yang menjual air mineral, wajahnya sudah memerah. Dia segera mengambil satu botol air dingin dan meneguknya untuk menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan. Dia mengeluarkan pecahan uang seratus ribu dari dompetnya. “Wah mas uangnya baru dibawa belanja suami saya, enggak ada kembalian sama sekali,” ucap Mbak penjual warung itu. “Qris enggak ada mbak?” tanya Alshavin dengan logat yang cukup asing didengar padahal dia sangat fasih berbahasa Indonesia