86. Labirin Hati

1661 Kata

Kondisi jalanan yang macet membuat Zevan memilih jalan lain menuju rumah yang kini ditempati bersama Pinkan, lalu terlintas di pikirannya untuk singgah ke cafe milik Afsheen karena memang mereka melewatinya. Cafe itu cukup ramai di siang menjelang sore ini, Zevan dan Pinkan langsung naik ke lantai dua, ada ruangan dengan AC di sana. “Kan melamun lagi,” tukas Zevan melihat temannya dari kejauhan. Afsheen duduk di salah satu meja, di hadapannya terdapat beberapa berkas, sementara tangannya memegang bollpoint namun pandangannya kosong menatap berkas itu. Zevan menghampiri Afsheen dan mengetuk meja kayu itu, pria itu terhenyak dari lamunan dan menoleh ke arah Zevan sambil mendengus. “Dipanggil dari tadi,” cebik Zevan. “Sorry enggak dengar, hai Miss,” sapa Afsheen yang kemudian berdiri

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN