Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sepulang kerja, Fadia sempat melewati club malam yang pernah didatangi, bangunan bertingkat yang berdiri kokoh menjulang dan menawarkan dunia malam yang penuh dengan kegemerlapan dan musik. Dia tak berani melangkahkan kaki ke dalam. Dia takut melihat Afsheen tengah memadu kasih seperti kemarin. Dia hanya melewati saja tempat itu pada akhirnya, mengemudikan kendaraan menuju rumah yang seumur hidupnya ditempati bahkan sejak dia belum terlahir ke dunia. “Tuan sudah pulang,” sapaan dari salah satu pelayan di rumahnya membuat Fadia mengembuskan napas berat. Syukurlah dia tiba di rumah sudah lewat dari jam makan malam, dia sengaja memutar melewati pintu belakang menuju kamarnya, sekilas dia mendengar suara ayahnya yang berbicara dengan kakaknya, entah membicarakan apa? Dia tak terlalu peduli.

