Namun, yang membuatnya bingung adalah, Elang tidak mengungkapkan kebenciannya secara terang-terangan. Tidak ada kata-kata tajam atau sindiran menyakitkan seperti sebelumnya. Pria itu hanya diam, menahan sesuatu dalam dirinya. Dia hampir tidak menyentuh makanannya, hanya memotong steaknya tanpa benar-benar memakannya. Sesekali, dia menyesap air putihnya, lalu kembali diam. Elenora ingin mengabaikannya, tetapi sulit. Kehadiran Elang terlalu mendominasi, bahkan dalam diamnya. Saat Jenia dan Lyora tertawa karena lelucon ringan dari Hans, Elenora mencoba ikut tersenyum, berusaha mengalihkan pikirannya. Namun, ketika matanya secara tidak sengaja bertemu dengan mata Elang, dia merasakan hawa dingin yang membuatnya menegang. Tatapan itu bukan hanya sekadar benci, tetapi juga penuh pengekangan.