Sesampainya di rumah Arman, Nona langsung memeluk ayahnya. Ia menyusup ke ketiak sang ayah. Biar pun aroma ketek tidak enak dicium, tapi sudah kadung rindu, jadi bau apek pun tidak terasa di hidung Nona. “Ayah, aku kangen.” Nona menyenderkan kepala di dadaa ayahnya. Arman menepuk punggung putrinya dan tersenyum senang. Manik matanya melirik Daffin yang berdiri tak jauh darinya. Akhirnya Nona berhasil membawa menantunya ke rumah. Inilah saat yang ia tunggu-tunggu, melihat putrinya datang ke rumah bersama sang suami. Kekhawatiran selama ini mengenai hubungan Nona dan Daffin yang renggang, hilang sudah. Selama ini ia mencemaskan rumah tangga putrinya yang bersuamikan pria asing. Nona melepas pelukan. Daffin menganggukkan kepala saat tatapannya bertemu dengan mata mertuanya. Ia melangkah