Perjalananku dari Kota Utara ke Kota Nelayan benar-benar tidak dapat aku nikmati, isi kepalaku masih berputar-putar berantakan. Aku bertemu dengan orang yang pernah menghancurkan hidup Zayn. Keyakinan besarku mengatakan jika wanita itu bukanlah wanita sembarangan dan aku harus berhati-hati dengannya. Baru pertama kali bertemu denganku, wanita itu sudah berani bermain-main dengan memberikan sesuatu yang tidak aku kenali di dalam kopi yang tersaji untukku.
Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita itu. Apakah benar yang dimasukkan ke dalam kopi hanya sebuah obat tidur dosis ringan? Atau sebenarnya wanita itu memasukkan racun ke dalam kopi, namun ia sudah memiliki penawar. Sehingga ketika ia meminum kopi tersebut, tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Tiga jam perjalanan dari Kota Utara ke Kota Nelayan, aku habiskan dengan bergelut bersama semua pertanyaan yang ada di dalam kepalaku. Aku tidak akan berani untuk datang dengan tangan kosong lagi ketika berhadapan dengan orang seperti Foxy. Bagaimanapun juga, aku harus mencari informasi selengkap-lengkapnya agar aku tahu bagaimana cara menghadapi orang sepertinya. Aku tiba di kota nelayan ketika langit sudah mulai gelap, namun aku harus segera menemui Zayn karena waktu yang yang diberikan Foxy padaku tidak banyak.
Sekembalinya aku ke Kota Nelayan, aku langsung mencari Zayn di Atlantic Harvest. Sayangnya, pria berwajah timur tengah itu tidak ada disana. Aku bingung harus mencari kemana, aku bertanya pada resepsionis di Atlantic Harvest, namun wanita itu juga tidak mengetahui ke mana perginya Zayn. Aku mencoba untuk menghubunginya melalui sambungan telepon, namun pria itu tidak mengangkat panggilan dariku. Aku semakin bingung dibuatnya. Aku harus menyerahkan map coklat ini dan mengurus semua koleksi Zayn dua hari dari sekarang, namun orang itu terasa tidak dapat berkompromi denganku.
Aku terus mencoba menghubungi Zayn dengan berbagai cara, namun ia tetap tidak mengangkat telepon dariku. Aku tahu, di sana ponselnya berdering, namun ia seakan sengaja tidak mengangkat telepon dariku. Apakah Zayn menghindariku? Aku harap tidak. Aku sengaja menunggu di resepsionis Meskipun aku tahu akan memakan waktu yang cukup lama. Benar saja, sekitar satu jam aku menunggu, Zayn baru muncul dari pintu depan sedang tertawa bersama dengan Alea di sampingnya.
Aku menatap mereka berdua dengan tatapan kesal, karena Zayn tidak mengangkat telepon dariku, padahal Aku sedang dikejar waktu saat ini. Ketika masuk ke dalam Atlantic Harvest, Zayn hanya tersenyum padaku lalu memberikan isyarat tangan agar aku mengikutinya dari belakang menuju ke ruang bawah tanah yang menjadi markas rahasia Hook di Atlantic Harvest. Aku hanya dapat mendengus kesal lalu mengikuti langkah Zayn menuju ke ruangan tersebut.
Tidak ada orang lain di ruangan itu, hanya ada aku, Zayn, dan juga Alea yang tampak sedang sangat berbahagia. Mereka masuk kedalam ruangan itu dan tanpa ragu bermesraan di depanku. Aku hanya memutar bola mataku kesal lalu melempar map coklat yang aku bawa ke atas meja dengan sedikit kasar.
Zayn dan Alea tersentak melihat perbuatanku, mereka menatap map coklat yang tergeletak di atas meja kemudian beralih menatapku dengan mata bingung. "Kenapa Kau tampak marah, Madame? Padahal aku dan Alea Tengah berbahagia di sini. Tidak Bisakah kau ikut berbahagia bersama kami?" ucap Zayn. Pria itu tampak semakin sombong, entah apa yang terjadi padanya selama aku pergi menemui Foxy di kota Utara. Yang jelas, ada perbedaan mencolok dibanding sebelum aku berangkat ke sana. Aku merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya direncanakan oleh Zayn dan Foxy di belakangku.
Seakan tidak memiliki rasa bersalah sama sekali, Zayn dengan ringan mengambil map coklat dari atas meja, lalu membuka isinya perlahan. Ia tersenyum lebar melihat apa yang ada di dalamnya. Zayn menutup kembali map itu lalu beranjak dari tempat duduknya, mengajakku untuk keluar dari tempat ini malam ini juga. Saat ini aku memang sedang merasa lelah, namun Zayn justru tidak memberikan waktu istirahat untukku dan memforsir tenagaku lebih jauh lagi.
Zayn memintaku untuk menyetir sendiri mobil yang ia pinjamkan padaku menuju ke kawasan tengah kota nelayan yang padat dan kumuh. Jujur saja aku kesal, aku sudah benar-benar lelah malam ini. Langit yang gelap dan pedesaan yang masih cukup primitif membuat malam ini terasa sedikit mencekam. Belum lagi aku harus melewati tengah hutan agar sampai di gubuk sederhana yang menjadi kamuflase ruang tahanan pribadi yang dimiliki oleh Hook.
Aku, Alea, dan Zayn segera turun ke ruang bawah tanah, memeriksa koleksi yang diminta oleh Foxy. Lagi-lagi, aroma busuk darah bercampur dengan kotoran manusia menyeruak masuk ke dalam hidungku. Meskipun aku sudah beberapa kali mendatangi tempat ini, namun hidungku masih belum juga beradaptasi dengan aroma mengerikan seperti neraka yang ada di sini.
Zayn menghidupkan lampu tempat ini, sehingga terlihat jelas betapa mengerikannya keadaan tahanan yang tinggal di sini. Lagi, aku masih belum juga terbiasa melihat betapa mengerikannya nasib sial yang menimpa para korban dari penculikan Hook. Aku yang menyaksikan sendiri bagaimana cara mereka memperlakukan tahanan, membuatku merasa marah dan keinginan untuk membunuh mereka terasa semakin besar. Rasa dendam yang terus tersulut membuatku merasa harus dapat menyelesaikan misi ini sebaik mungkin dan memusnahkan mereka langsung dari akarnya.
Alea menyeret dua orang tahanan secara paksa, lalu memasukkan mereka ke dalam sebuah ruangan yang aku tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Zayn hanya tersenyum lalu mengikuti langkah Alea dari belakang. Sebenarnya rasa penasaran yang ada di dalam kepalaku sangat besar, namun aku harus tetap bermain cantik agar Zayn, Alea, maupun Foxy, tidak curiga terhadapku. Ada niat dalam diriku untuk mengintip ketika melihat Alea dan Zayn membawa dua orang tahanan ke sebuah ruangan yang aku belum pernah masuk ke dalamnya. Namun ketika menyadari bahwa mereka berdua tidak mengajakku masuk, aku berpikir jika saat ini masih belum saatnya aku ikut campur dalam urusan mereka terlalu dalam. Aku hanya dapat menyaksikan mereka dari luar, tanpa tahu apa yang mereka perbuat di dalam sana. Selama mereka ada di dalam ruangan tersebut, aku kembali menyempatkan diri untuk melihat keadaan tahanan-tahanan yang ada di tempat ini.
"Mengerikan, tempat ini masih tetap mengerikan." Hanya kalimat itu yang terpikir dalam kepalaku. Melihat manusia yang tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, membuat pandanganku terhadap Hook tidak berubah hingga saat ini. Saat aku masih sibuk melihat-lihat keadaan tahanan di tempat ini, aku mendengar suara gagang pintu diputar dari ruangan tempat Alea dan Zayn berada. mereka berdua keluar membawa dua orang tahanan yang telah bersih kepadaku. Dengan santai, Zayn menyerahkan dua orang itu untuk aku antar pada Foxy. Aku menerima dua orang itu dengan senyum yang tampak sedikit aku paksakan. Alea menangkap kegelisahan yang tergambar di wajahku, "ada sesuatu yang mengganjal di pikiranmu, Madame?"
Aku tidak dapat berbohong pada Alea dan Zayn kali ini. Tatapan mataku sudah jelas menggambarkan jika aku menyimpan sesuatu di dalam kepalaku. Beruntung kegelisahanku kali ini bukan sesuatu yang berbahaya untuk aku sampaikan, sehingga aku tidak ragu untuk mengeluarkan kegelisahanku kepada mereka.
"Aku penasaran. Sebenarnya, apa yang kau sampaikan kepada Foxy tentangku? Sehingga membuat ia merasa penasaran ingin bertemu dan memintaku untuk melakukan sebuah pekerjaan untuknya," ujarku sambil mengelus kepala dua remaja berusia sekitar 13 hingga 15 tahun yang harus segera aku antarkan kepada Foxy setelah ini.
"Itukah yang mengganggu pikiranmu sejak kau berjumpa denganku hari ini?" kata Zayn yang berdiri di samping Alea.
"Kau tahu, aku hanya tidak terbiasa bertemu dengan seseorang yang tidak kukenal yang ternyata sudah memiliki banyak informasi tentangku." Aku berdiri mematung menunggu Zayn dan Alea memberikan jawaban kepadaku. Aku berniat untuk tidak beranjak dari tempat ini hingga mendapatkan jawaban yang aku inginkan.
"Aku hanya menceritakan hal-hal sederhana kepada Foxy. Seperti caramu bekerja, caramu bersikap, serta caramu dalam menyelesaikan masalah," jawab Zayn.
"Termasuk dengan kasus yang menimpa Alea dan Sheera kemarin?"
"Begitulah. Caramu membiarkanku mendekam di dalam penjara dan juga caramu melepaskanku dari penjara yang tampak mencurigakan, jelas aku sampaikan kepada Nyonya Foxy, " jawab Alea dengan senyum sinis yang tercetak di wajahnya. Sikap yang ia tunjukkan Padaku kembali berbeda jika dibandingkan dengan ketika sheera masih hidup. Alea kembali berubah menjadi sombong, tidak lagi terlihat seperti Alea yang dikenal oleh Sheera. Alea seakan kembali pada sifatnya yang menyebalkan sebelum kejadian berdarah yang menimpa Max dan Zayn di Kota Industri. Sikap Alea kembali membuatku berpikir bahwa aku harus menghadapi benalu yang selalu menempel pada Zayn.
"Foxy mengatakan kepadaku Jika ia tertarik padamu setelah mendengar cerita dari Alea. Maka dari itu, Foxy memintamu datang menemuinya di Kota Utara agar ia dapat menilaimu secara langsung." Ucapan Zayn seakan mengisyaratkan bahwa Foxy selalu diperlakukan secara hormat olehnya. Foxy seakan selalu ditempatkan pada tempat tertinggi di atas Zayn yang merupakan ketua dari Hook.
Aku bingung harus bersikap seperti apa setelah mendengar jawaban dari Zayn. Rupanya pria itu berbagi informasi tentangku dengan orang lain. Meskipun aku adalah seorang agen yang bekerja mencari informasi dan memberikan informasi itu kepada orang lain, tetap saja ada sakit hati yang aku rasakan saat mengetahui jika ada seseorang yang membocorkan informasi tentangku kepada orang lain.
Aku meninggalkan ruang tahanan pribadi milik Hook dengan perasaan yang campur aduk. Lagi-lagi terlintas di dalam pikiranku jika Foxy bukanlah orang yang bodoh. Aku takut ia sebenarnya sudah menyadari jika aku bukanlah seorang mafia biasa melainkan seorang agen yang sedang menyamar.
di malam yang sudah semakin larut ini, aku kembali harus berangkat menuju ke Kota Utara, mengantar koleksi yang diminta oleh Foxy. Jalanan yang sepi membuat perjalananku menuju ke kota Utara menjadi lebih cepat daripada sebelumnya. Kota yang sedang tertidur seakan menemaniku bekerja yang tampak seperti tak kenal waktu, di mana ketika malam telah berganti menjadi dini hari, aku masih belum dapat mengistirahatkan mataku dan masih berkutat dalam pekerjaanku demi menjawab rasa penasaran yang ada di dalam kepala ku. Dua orang yang ada di kursi belakang sedang tertidur pulas, aku membiarkan mereka beristirahat setelah keluar dari neraka, sebelum nantinya mereka akan masuk ke dalam neraka yang lain. Di dalam hati, aku meminta maaf kepada dua orang yang ada di kursi belakang karena aku tidak dapat menyelamatkan mereka saat nantinya mereka jatuh ke tangan Foxy.
Lagi-lagi karena aku merasa jika Foxy adalah orang yang penting, aku berpikir untuk tidak mengacau pada pekerjaan yang pertama kali aku dapatkan darinya. Aku sedikit memaksakan mataku untuk tetap terbuka meski rasa kantuk mulai menyerangku sejak keluar dari Kota Nelayan. Setelah tiga jam menempuh perjalanan, akhirnya aku kembali sampai di sebuah rumah sederhana yang berada di dalam perkebunan kopi milik Foxy. Aku menghela nafas panjang sebelum keluar dari mobil karena mempersiapkan diri dengan apa yang akan aku terima dari Foxy setelah ini. Mungkin wanita berambut merah muda itu menyiapkan sebuah kejutan untukku kali ini, mengingat ia adalah orang yang licik dan aku masih belum terlalu mengenalnya.