Catatan 32

1736 Kata
Catatanku untuk kasus penculikan di Pusat Kota memang sudah aku tutup di halaman terakhir sebelum hari ini, tetapi catatan penyelidikanku terhadap Hook masih berlanjut karena segalanya berjalan semakin menarik. Saat ini aku sedang berada di sebuah ruangan yang cukup besar bercat putih dengan beberapa pasang sofa yang tersusun rapi di dalamnya. Di dalam ruangan ini telah hadir Zayn, Alea, dan beberapa orang lain yang baru pertama aku temui. Dan di sini, aku adalah… Bergeser ke beberapa hari lalu ketika aku kembali ke Kota Nelayan. Sekarang aku tinggal sendiri, tidak lagi menumpang tinggal di Seaside Bar. Aku tinggal di sebuah apartemen kecil yang berada dekat dengan pelabuhan ikan. Sheera adalah orang yang mencarikan tempat tinggal untukku. Aku bercerita kepadanya jika hutangku telah tuntas dan aku ingin bersenang-senang di Kota Nelayan sehingga membutuhkan tempat tinggal. Saat ini aku tidak lagi dalam pengawasan The Barista secara langsung, kecuali Juan yang merupakan informanku di dalam sana. Aku sedang bekerja di balik bayangan, mengajukan diri untuk mengawasi Hook secara langsung tanpa terikat satu misi khusus dari The Barista. Berada di situasi seperti ini membuatku sangat nyaman karena apa yang sedang aku lakukan kali ini sama dengan apa yang aku kerjakan selama di luar negeri. Dua hari yang lalu aku sengaja menghubungi Zayn, menanyakan kepadanya tentang cara kerjaku demi melobi Zayn lebih jauh. Aku beruntung karena berhasil menyentuh sisi materialistisnya dan membuat proses negosiasi tidak berjalan alot. Ketika aku menghubunginya, Zayn menunjukkan sikap sangat senang dan puas dengan hasil kerjaku. Zayn berkata jika selama ini ia selalu menggunakan jasa makelar untuk memutar uangnya. Dari situ pun Zayn tidak mendapat banyak keuntungan karena makelar tempatnya berdagang cukup sadis dalam memasang harga. Mendengar ucapan Zayn membuatku kesal dan menyesal, seharusnya aku dapat memasang harga lebih rendah. Tapi aku berpikir lagi, jika aku memasang harga rendah, tidak mungkin Zayn akan senang dengan hasil kerjaku. Aku juga kesal karena selama ini Zayn selalu berlagak eksklusif dan sombong, tetapi nyatanya ia juga terkadang mengalami kesulitan dan kerugian. Aku harus menyimpan rasa kesal di dalam pikiranku dalam-dalam karena aku harus mencari cara untuk masuk ke dalam lingkaran Zayn secara langsung. Selama ini aku bertransaksi hanya dengan Zayn dan Alea, namun aku belum mengenal orang-orang yang berdiri di belakang mereka. Akhirnya aku menawarkan diri untuk masuk ke dalam Hook secara langsung dengan modus akan membantu Zayn bernegosiasi dengan makelar di belakangnya. Berbekal transaksi yang aku lakukan bersama Zayn selama ini, akhirnya pria itu menyetujui permintaanku tanpa syarat yang sulit. Satu hari yang lalu, Zayn memintaku untuk datang ke Atlantic Harvest demi membicarakan kelanjutanku yang bergabung dengan Hook. Namun ketika aku masuk ke dalam ruangan milik Zayn, aku melihat ada sesuatu yang salah hari ini di mana Alea tidak ada di samping Zayn. Aku berusaha sebaik mungkin menyembunyikan tatapan bingung di wajahku karena tidak ingini Zayn menangkap raut curiga dari mataku. Di dalam ruangan itu Zayn menjelaskan kepadaku tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh aku lakukan selama menjadi anggota Hook. Hook memiliki semboyan yang sederhana namun memiliki makna yang dalam yaitu “kaya bersama dan berjuang bersama” di mana pembagian hasil kerja berdasarkan siapa yang bekerja lebih keras. Seperti transaksi yang aku lakukan sebelumnya dengan Zayn, uang yang masuk kepadanya tidak ia makan sendiri. Uang itu ia bagikan kepada anggota yang menculik korban, lalu anggota yang mengawasi para korban juga mendapat bagian. Bahkan Zayn berkata jika bagian untuknya adalah yang paling kecil karena ia hanya bertugas sebagai penanggung jawab transaksi. Zayn berkata kepadaku jika ia adalah anggota yang bekerja paling ringan di antara anggota yang lain di mana menurut Zayn posisinya adalah posisi yang sangat sulit dicium oleh polisi, terlebih Kota Nelayan memiliki penegakan hukum yang paling buruk di negara ini. Ada satu kewajiban unik untuk menjadi anggota Hook di mana setiap anggota diwajibkan untuk membuat tato bergambar kail pancing di bagian tubuh yang terbuka. Lalu Zayn menunjukkan kakinya di mana terdapat tato kail di betisnya. Bagian kaki Zayn adalah anggota tubuh yang selama ini selalu luput dari pengawasanku. Lalu Zayn meminta kesungguhanku untuk membuat tato tersebut jika aku benar-benar ingin bergabung menjadi bagian dari Hook. Aku hanya tersenyum tipis mendengar hal itu. Meski memang aku bukan orang baik, tetapi selama ini badanku selalu bersih dari tato. Aku sempat berpikir untuk membuat tato temporer, namun jika Zayn menyadari hal itu segalanya menjadi semakin rumit. Aku juga sempat berpikir untuk meminta bantuan Isac, tetapi aku ingat jika saat ini aku sedang berada di luar pengawasan The Barista sehingga tidak bisa meminta bantuan dari para agen. Aku tersenyum tipis di dalam pikiranku. Sejak kembali dari luar negeri, aku seakan menjadi sedikit lembek di mana aku membutuhkan bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalah. Padahal selama ini aku selalu bekerja sendiri tanpa bantuan berarti dari The Barista. Akhirnya sore itu juga aku mendatangi seorang seniman tato dan memintanya untuk menggambar di d*da sebelah kiri, tepat di atas bulatan lemakku. Aku menilai bagian itu adalah bagian terbuka karena aku sering menggunakan tanktop ketika keluar. Bagian itu juga bagian yang mudah ditutup dengan jaket sehingga jika aku datang ke Pusat Kota atau sedang ada urusan dengan The Barista maka aku dapat menutupi tato tersebut hanya menggunakan kaos ataupun jaket. Kembali ke hari ini di mana aku sedang berada di dalam ruang bawah tanah Atlantic Harvest, sebuah ruang rahasia yang menjadi tempat berkumpul para anggota Hook terlihat dari masing-masing orang yang hadir di tempat ini memiliki tato bergambar kail pancing dengan berbagai ukuran. Selain Zayn dan Alea, di tempat ini juga ada tiga orang berpakaian rapi dengan jas dan perhiasan emas menempel di tubuh mereka yang terlihat cukup kontras dengan kulit mereka yang gelap. Di ruangan ini juga hanya ada dua perempuan yaitu Alea dan aku di mana empat orang yang lain adalah lelaki. Awalnya aku tidak dapat memahami arah perbincangan para lelaki. Butuh waktu lama untukku dapat mengerti obrolan mereka, hingga satu ketika aku mendapatkan benang merah tentang apa yang mereka bahas. “Klien kita meminta beberapa suku cadang, Zayn. Jika kita tidak segera mendapatkan apa yang ia inginkan, maka kontrak antara Hook dan klien terancam berakhir,” ucap pria dengan badan berisi dan perut besar yang menggunakan baju bermotif bunga dan jas berwarna putih. “Akhir-akhir ini anak buahku sedikit kesulitan mendapatkan pasokan di Pusat Kota, mungkin kita harus bergeser menuju tempat lain.” Pria di sebelahnya ikut menimpali. “Apakah tidak ada yang bisa dieksekusi dari para pekerja di atas, Zayn?” Seorang pria yang paling kurus di antara ketiganya ikut memberikan suara. Suku cadang, pasokan, dan eksekusi. Tiga kata yang memiliki makna luas yang dapat ditafsirkan menjadi bermacam-macam arti. Tapi ketika aku melihat latar belakang organisasi ini, dapat dipastikan jika kata-kata itu mengarah kepada korban manusia. Sesekali tiga orang asing di depanku mencuri pandang terhadap tubuhku. Aku dapat melihat pandangan nakal dan nafs* dari mata mereka. Satu di antaranya bahkan secara terang-terangan menelisik dari atas hingga bawah tubuhku. Aku sempat bertemu mata dengan pria itu dan memberikan senyum nakal serta kedipan sebelah mata kepadanya yang ia balas dengan tatapan yang semakin liar kepadaku. “Untuk wilayah operasi memang mungkin harus kita geser menuju Kota Industri yang memiliki populasi warga kelas bawah yang padat. Akhir-akhir ini pergerakan Arena di Pusat Kota membuat kita tidak dapat bergerak bebas. Untuk pasokan suku cadang, aku akan berusaha mencari dari pekerja di atas yang sesuai dengan permintaan klien kita,” ucap Zayn sambil menghisap cerutunya. Seperti yang aku duga dari Zayn, ia adalah orang yang dapat meredam suasana di permukaan. Kekhawatiran yang aku tangkap dari mata ketiga orang di depanku berangsur hilang seiring kalimat yang meluncur dari mulut Zayn. “Ngomong-ngomong, Zayn, kau membawa selir baru ke tempat ini tapi kau tidak memperkenalkannya kepada kami. Apakah kau ingin menikmati selir ini seorang diri seperti Alea?” sahut pria yang bertemu mata denganku mulai memancing obrolan nakal kepada Zayn. “Ah, maafkan aku. Dia adalah Lilia, anggota baru yang sayangnya bukan seorang selir di sini. Lilia memiliki relasi erat dengan Jacob, pedagang senjata resmi yang ilegal dengan pasar sangat luas di seluruh dunia.” Zayn menjelaskan latar belakangku dengan lugas. “Jadi, Nyonya…” “Madame, Tuan.” Aku memotong ucapan pria itu. “Ah, Madame! Hahaha… aku suka wanita ini! Dia memiliki kelas!” Pria itu tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya sampai memenuhi seluruh ruangan. Namun aku dapat melihat jika tidak ada orang di ruangan ini yang terganggu dengan suara tawa yang menggelegar itu. “Baiklah, Madame Lilia, jadi kau adalah selir milik Jacob?” lanjut pria itu. Mendengar ucapan yang terkesan melecehkan itu membuat hatiku mendidih. Aku sebenarnya juga sudah paham jika di dalam lingkungan seperti ini, perempuan pasti akan mendapatkan perlakuan tidak hormat. Tetapi ketika perlakuan itu tertuju kepadaku, membuatku berpikir jika lingkungan Hook akan menarik setelah ini. Akhirnya aku bangkit dari tempatku, lalu berjalan menuju pria yang berusaha merendahkanku. Aku mengukir senyum nakal di wajahku, melangkahkan kaki semakin dekat hingga jarak antara aku dan pria itu hanya tersisa kurang dari satu meter. Aku membungkuk, memperlihatkan bulatan indah yang dibalut dengan tanktop merah kepada pria itu. Seketika mata pria itu langsung tertuju pada aset pribadi dengan tato kail di sebelah kiri. Aku dekatkan wajahku pada telinga sebelah kirinya, kemudian aku berbisik, “kau pikir semua wanita di sini adalah selir, Tuan?” Tangan kananku mengelus bahu sebelah kanan pria itu, lalu turun perlahan lahan menuju pinggang dan berhenti di tubuh bagian bawahnya. Sepersekian detik kemudian aku mencengkram dengan erat bagian pribadi pria itu yang membuatnya berteriak dengan keras. Tanpa melepaskan tanganku dari sana, aku kembali berbisik, “sebenarnya laki-laki adalah makhluk yang lemah, Tuan. Hanya dengan tenaga seperti ini saja sudah membuatmu ingin mati bukan?” Pria itu akhirnya dapat bernafas lega ketika tanganku lepas dari bagian bawahnya. Saat aku bangkit, aku melihat kedua pria lain di tempat ini menatapku dengan terkejut seakan tidak percaya dengan apa yang tersaji di hadapan mereka. Ketika aku melirik ke arah Zayn yang berada di belakangku, pria itu hanya mengangkat ujung bibirnya seakan menikmati pertunjukan di depannya. Aku kembali melihat ke arah pria di depanku, lalu perlahan aku menggerakan kepalaku maju sehingga wajahku dan pria itu saling berdekatan. Dalam jarak kurang dari lima sentimeter dan mata yang saling bertemu, aku berkata kepadanya, “maafkan aku, Tuan, aku bukan seorang bawahan di sini. Mungkin kau harus sadar posisimu.” Pria di depanku menatapku dengan penuh ketakutan, bola matanya gemetar hebat dan keringat dingin mulai membanjiri dahinya. Aku sebenarnya hanya ingin mengamankan posisiku dan mengintimidasi orang-orang di tempat ini agar ke depan aku dapat dengan mudah bergerak di dalam organisasi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN