Aku keluar dari ruangan dokter hanya diam membisu. Kepala semakin pusing dan seolah ingin meledak seketika. Hamil. Hamil. Dan hamil. Kata itu terus saja terngiang di dalam benak. Benarkah aku hamil? Lalu, aku harus bagaimana sekarang? Aku bingung, aku resah dan aku tak mampu berpikir apa pun juga. Berjalan saja rasanya sempoyongan. Untung saja ada Tari yang bersamaku. Dengan baik hatinya Tari memapah dan memegangi tubuhku agar tidak limbung dan jatuh. Baiknya lagi Tari sama sekali tak bertanya apa pun padaku terkait kehamilan ini. Dia diam meski aku tahu di dalam pikirannya juga berkecamuk banyak sekali pertanyaan seputar kehamilanku. Namun, Tari seolah tahu diri dan sangat mengerti akan apa yang sedang terjadi padaku hingga dia memilih bungkam. Itulah namanya sahabat baik. Tidak akan menc