Perjalanan pulang yang panjang dimulai dengan mobil, pesawat jet, dan mobil lagi sebelum aku akhirnya menapakkan kakiku ke dalam rumah Ian. Martha berlari keluar dan langsung memelukku melihat kedatanganku. “Oh dear, betapa kurusnya badanmu!” serunya dengan mata berkaca kaca. “Masuklah sudah kusiapkan makan siang untuk kalian berdua.” Aku tersenyum menatap wanita itu. Setahun berlalu tapi tidak ada yang berubah darinya. Bahkan rumah Ian masih sama seperti yang kuingat dalam setiap mimpiku. Martha menggandeng ku masuk ke ruang makan yang sudah terhidang berbagai makanan diatasnya. Mengingatkanku akan pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di rumah ini. “Bagaimana kabarmu, Martha?” tanyaku. “Yah..begini saja, dear. Cucu ke 4 ku baru saja lahir.” Jawabnya sambil mengambilkan minuman u