“Tunggu!” Aliando memanggil pelayan wanita tersebut agar berhenti. Wanita itu masih menggendong Derent dalam pelukan, dia menghentikan langkah kakinya seraya menoleh. Terdengar derap langkah Aliando tengah mendekat ke arah mereka berdua. Tidak ada ucapan yang terlontar dari bibir pelayan wanita tersebut, selain bibir bergetar serta rasa cemas di dalam hatinya. “Di mana kalian tinggal?” Tanya pria itu seraya berusaha tersenyum untuk mengusir pilu dari dalam hatinya. Wanita itu menunjuk sebuah rumah yang terletak di ujung tikungan jalan. Rumah bercat biru cerah dengan lantai dua. Aliando ingin tersenyum seperti biasanya namun hanya senyum kaku yang bisa dia ukir pada bibirnya untuk saat ini. “Bolehkah aku datang berkunjung ke sana?” Tanyanya pada wanita itu. Pelayan tersebut tidak menjawa