Emosi Dewi mulai berapi-api. Betapa malu dirinya mendengar pesan dari Ustadz Khalid yang disampaikan oleh Qila–putrinya. “Ibu denger sekarang? Di rumahnya hanya ada satu Madrasah saja, Ibu paham gak maksudnya?” bentak Dewi menggepal kedua tangannya. Wanita itu hanya tersenyum saja. “Nduk, jangan marah begitu. Wajar kalau Ustadz Khalid ngomong begitu karena ada istrinya. Kamu ini kalau apa-apa ya selalunya dibawa ke hati,” jawabnya dengan nada santai. Dewi mengusap kasar wajahnya sendiri. Entah bagaimana cara dirinya menjelaskan ke sang Ibu bahwa Ustadz Khalid tidak mungkin mau menikah lagi. Mungkin saja bukan hanya sama dia, tetapi memang benar-benar tidak akan menikah lagi sampai seumur hidup alias hanya beristri satu saja. Akan tetapi, ibunya tetap merespon aneh. Dia tahu ibunya tida

