Sambutan hangat Khalid terhadap sosok yang menjadi penyumbang Madrasah menjadi keheranan bagi Imran yang berada di sana. Pasalnya, pria yang mereka kenal seorang alim itu tidak biasanya menerima sumbangan untuk Madrasah kecuali jika ingin berinfaq sewaktu-waktu. “Maaf, Pak Abraham. Tadi di luar kita belum sempat berkenalan. Khalid mengulurkan tangan ke arahnya. “Tidak masalah, Ustadz. Saya Adyrta Abraham Althaf. Panggil saja Dyrta atau Abraham juga boleh.” Dia tersenyum ramah. “Saya Abu Khalid. Biasa dipanggil Khalid.” Dia melirik pria yang ada di sampingnya. “Dokter Zhain.” Khalid turut menyapa dan menjabat tangannya. “Iya, Ustadz Khalid. Senang sekali bisa bertemu dengan Ustadz lagi. Terakhir kita bertemu kalau tidak salah ketika Ustadz mengambil surat kesehatan sama saya di Rumah Sa

