Bel pulang sekolah berbunyi. Pandu segera memasukkan buku-buku di atas meja ke dalam tas meskipun guru yang mengajar di kelasnya masih belum mengakhiri pelajaran. “Belum juga kelar, udah beres-beres aja,” kata Zidan melirik ke arah Pandu, teman sebangkunya itu. “Mau buru-buru jemput Sirin di kelasnya.” Zidan tertawa pelan. “Buru-buru amat. Takut Sirin digondol cowok lain apa gimana?” “Takut dilabrak Rara dan teman-temannya, sih.” “Ah, benar,” kata Zidan baru menyadari kemungkinan itu. “Tapi ya, Pan, menurut gue, lo tuh nggak perlu segitunya khawatir, deh. Sirin tuh bukan cewek lemah yang mudah ditindas. Dia nggak akan kenapa-napa. Sama hantu saja dia nggak takut, Pan.” Pandu hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Zidan itu. Zidan tidak tahu saja, meskipun Sirin kelihatannya pember