Beberapa minggu kemudian … “Mas Qi, Mas Qi, sini, dong! Buruan!” aku melambaikan tangan, mengisyaratkan agar Mas Rifqi mendekat. Dia yang saat ini baru saja mengambil air mineral di kulkas, seketika menghampiriku. Aku sendiri kini sedang duduk di sofa besar dekat jendela. Ngomong-ngomong, sejak pulang bulan madu, Mas Rifqi langsung membawaku tinggal di apartemen berdua. Benar katanya waktu itu, apartemen ini lebih besar dari QQ. Dua kali lipat sepertinya ada. Fasilitasnya juga jauh lebih bagus. Aku benar-benar merasa nyaman tinggal di sini bersamanya. “Ada apa?” tanyanya begitu duduk di sofa yang bersebrangan denganku. “Rizda mau tunangan, masa?” “Oh, ya? Bagus, dong!” “Coba tebak siapa tunangannya!” “Siapa? Mana Mas tahu. Mas kan enggak pernah chat-an sama Rizda.” “Dengerin baik-b