Karel mengusap wajah Via dengan lembut, perempuan itu masih terisak-isak dengan sisa tangisnya. "Maafkan aku juga, Sayang. Aku bukannya marah atau apa, aku hanya tak tahu harus bersikap bagaimana. Kejadian tadi membuat pikiranku gelap, dan entah bagaimana kalau kamu ...." Karel tak meneruskan kalimatnya. "Aku takut," ucap Via pelan. "Takut kenapa? Kita sudah menjadi suami istri dan kamu tahu aku begitu mencintai kamu, Via!" tukas Karel menggenggam tangan Via erat-erat. Via tertunduk. Karel menunggu dengan sabar namun rupanya istrinya itu kehabisan kata-kata. Dirangkulnya bahu Via mendekat kepadanya. "Aku tidak akan bertanya apapun lagi soal kejadian tadi, itu kamu sendiri yang tahu dan aku nggak akan memaksa kamu untuk bicara," ucap Karel. "Hanya satu yang perlu kamu tahu, kamu itu