"Lalu apa salahku dan jurusan kedokteran?" Karel terpaku mendengarnya, dia menoleh pada Via yang menatap ujung kaki mereka yang tertutup selimut. Wajah cantiknya muram dan sedih. "Apa salah jika aku bermimpi bisa mengobati orang-orang yang senasib dengan bunda? Setidaknya jangan sampai apa yang menimpa bunda terjadi juga pada orang lain," ucapnya. "Tapi kamu nggak bisa menyelamatkan setiap orang, Via! Takdir Tuhan berjalan dan kamu nggak bisa mengubahnya!" timpal Karel. Via menoleh cepat pada Karel dengan mata menyiratkan luka, tak percaya jika Karel akan berkata demikian. "Lalu, untuk apa kamu menjadi psikolog?" tukasnya balik bertanya, "kamu juga nggak akan bisa menyembuhkan kegilaan orang-orang macam kami, apa yang membuat kamu mau memperistri perempuan dengan gangguan mental sepe