Suara gemericik air terdengar mengalir dengan tenang. Angin sepoi sepoi bertiup mendinginkan cuaca. Namun, di satu pojok pulau tersebut, di balik sebuah pohon, ada dua umat manusia yang b******u dengan panasnya.
Bibir mereka melekat seperti tak ingin lepas, mengeluarkan segala hasrat yang terpendam.
"Lepaskan aku," si perempuan meronta karena akhirnya menyadari posisi mereka yang ada di area terbuka.
"Tidak," si lelaki lagi lagi mencium bibirnya dengan kuat, "Aku tahu kamu juga menginginkannya."
Secara perlahan, jari jemari lelaki itu menyentuh kulitnya yang hanya mengenakan bikini. Air menetes dari rambutnya yang belum kering setelah berenang di laut beberapa saat sebelumnya.
"Ahh... Ini bukan waktu dan tempat yang tepat," si perempuan mencoba menggeliat agar bisa terbebas dari pelukan lelaki di hadapannya.
Kedua tangan lelaki itu melingkar di tubuhnya dan menahan tangannya dengan kuat. Tubuhnya terdesak ke pepohonan hingga semakin tersembunyi. Tidak memungkinkan ada yang melihat kelakukan mereka.
"Ti-tidak bisa," perempuan itu mendorong tubuh lelaki yang mendekapnya. "He-hentikan semua ini."
"Ini reality, not reality show... Semoga kamu menyadari hal itu dan tidak melarikan diri," ucap lelaki yang tadi menciumnya sambil melepaskan rangkulannya.
"A-aku tidak berniat melarikan diri, tapi ini bukan waktu yang tepat," perempuan itu menggeleng berulang kali.
Lelaki di hadapannya hanya menyeringai.
"A-ada lipstik di wajahmu," perempuan itu menunjuk area rahang dan pipinya.
"Mana?" tanyanya.
Si perempuan mendekat hendak menghapus lipstik tersebut, namun tangan lelaki itu meremas jari jemarinya. Ia terdiam menatap ketampanannya.
Sorot matanya yang tajam, hidungnya yang mancung, daun telinganya yang lebar, rahang dan tulang pipinya yang tegas membuat lelaki ini begitu manly. Potongan rambut pendek ala militer menambah kesan jantann dalam dirinya. Belum lagi bahunya yang lebar dan dadanya yang bidang.
Apalagi, dengan hanya mengenakan celana pendek dengan tubuh basah setelah berenang di lautan. Tetesan air di otot perutnya yang six pack sungguh membangkitkan hasrat.
Perempuan mana yang tidak akan tergoda? Tapi...
Keduanya saling bertatapan dalam diam.
Lelaki itu bergerak mendekat. Saking dekatnya, puncak hidung mereka saling bersentuhan.
Mata tajam itu seperti menusuk dan tak berkedip menatapnya.
Debar jantungnya berdetak semakin cepat dan cepat. Rasanya ada getaran hebat yang membuatnya tak sanggup bergerak. Dalam sekejap, tubuhnya memanas.
Tak lama, ia merasakan kalau bibirnya basah. Ciuman itu kembali terjadi. Kali ini, tidak ada pergulatan, ia hanya membalasnya dengan perasaan yang sama.
Matanya terpejam sambil merasakan pagutan demi pagutan yang menarik bibirnya dengan lembut. Sesekali ada permainan lidah yang memaksanya untuk membuka mulutnya. Lelaki ini begitu ahli dan berhasil menghipnotisnya.
Ah, aku gila! Aku membalasnya! Tapi ciuman ini terlalu panas untuk aku tolak. Aku juga menginginkannya.
Jari jarinya yang kokoh dan kekar mulai mengusap usap kulit tubuhnya dan akhirnya menyentuh kedua bukit kembarnya.
"Ah.." Perempuan itu mendesah.
Ibu jari dan telunjuk lelaki itu bergerak hendak menarik ikatan bikini yang dikenakannya.
Namun tiba tiba, terdengar debur ombak yang cukup kencang. Suaranya cukup mengagetkan, hingga keduanya menoleh ke arah lautan yang ada di hadapan mereka.
Di saat yang sama terdengar suara berdengung khas helikopter yang ternyata muncul di langit biru siang itu.
"Pe-pertolongan tiba!" perempuan itu tersenyum lebar dan langsung berlari sesuai arah pergerakan helikopter.
Si lelaki hanya menatap hampa helikopter tersebut. Antara bahagia dan juga tidak.
Ia menendang hamparan pasir putih di hadapannya berulang kali untuk meluapkan emosinya.
Apa yang akan terjadi setelah ini?
I dont want to be saved...