Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sepulang dari rumah Abian yang mau tak mau dia menumpangi mobil pria itu karena Mama Rahee pandai memaksa. Hingga sepanjang perjalanan dikaruniai dengan keheningan. Isi otak Abi adalah tentang paradigma Sera terhadapnya, lalu dia sinkronasikan dengan tragedi kecupan pagi tadi, hingga Abi kait-kaitkan pada ocehan dan aksi reaksi Sera di meja makan saat membahas gagalnya lamaran Abian. Uh, teori hukum pun kalah rumit dengan hal ini. Abi sampai menghabiskan banyak waktu untuk bungkam agar tidak berceceran fokusnya. Tanpa tahu hal itu membuat Sera tidak nyaman. Jujur, dia lebih memilih Abian yang cerewet, kepedean, dan narsis, dariapa yang barusan. Sepi, kayak bukan Mas Abi. Lalu kini ponselnya berdering, hari ini dia masuk siang jadi bisalah untuk mengobrol di telepon terlebih dahulu.