27

1011 Kata
Setelah selesai berbelanja, mereka pun meninggalkan mall dan melajukan mobilnya menuju bar yang biasa dikunjungi oleh Tiffany. Kriss juga sudah mengganti pakaiannya dengan yang lebih bagus, penampilan laki-laki itupun terlihat lebih tampan dan enak di lihat saat ini. Suara musik yang ada di dalam mobil membuat dokter Anya menggerakkan kepalanya pelan, menikmati alunan musik yang saat ini tengah menghibur hatinya yang terasa sedikit resah. "Tadi dokter Anya hanya pergi membeli parfum?" Tanya Tiffany pada dokter Anya yang duduk di kursi belakang. "Iya, kebetulan parfum yang ada di rumah sudah hampir habis. Biasanya yang membelikan barang-barang untukku adalah mantan kekasihku." Jawab dokter Anya dengan jujur. "Dia lumayan royal ya meskipun memiliki kepribadian yang sangat buruk." Kata Tiffany lagi. "Tidak, dia akan meminta ganti saat mengantarkan barangnya. Jadi dia hanya membelinya, dan tetap aku yang membayarnya." Jawab dokter Anya sedikit malu saat menjelaskannya. "Ah, laki-laki tak tahu di untung." Maki Tiffany pada mantan kekasih dokter Anya itu. Dokter Anya hanya tersenyum tipis saat mendengar makian yang diberikan oleh Tiffany. Dokter Anya juga tidak berniat untuk mencegahnya. Mantan kekasihnya itu memang tidak tahu diri, Meksipun dirinya mengetahui hal itu dengan sangat pasti, dirinya tetap menyukainya lebih dari apapun. Sepertinya hubungannya bersama mantan kekasihnya itu tidak bisa dibilang cinta, mungkin saja dirinya hanya terbiasa dengan laki-laki itu dan takut tak bisa menemukan orang lain saat dirinya menoleh ke arah lain. Karena dokter Anya sudah sangat lama bersama mantan kekasihnya itu. "Aku akan membantu dokter Anya mencari pasangan yang cocok nanti." Kata Tiffany dengan serius. "Tidak perlu, aku juga belum berniat untuk memulai lagi dengan yang lain." Jawab dokter Anya dengan tegas. Kriss sendiri tidak berniat untuk bergabung, sedari tadi dirinya hanya diam dan memejamkan matanya berkali-kali meskipun tidak bisa tidur. Tadi Tiffany sudah menjelaskan dengan singkat mereka akan pergi ke mana saat ini, jadi Kriss memilih diam dan menurut pada wanita itu saja. Kriss tahu, Tiffany sebenarnya adalah wanita yang sangat baik, hanya saja status keluarganya membuat wanita itu sedikit tidak nyaman saat berhubungan dengan banyak orang. Sesampainya di bar, Kriss, Tiffany dan juga dokter Anya turun. Mereka berjalan masuk ke dalam bar, seperti biasa mereka harus menunjukkan KTPnya sebelum masuk ke dalam dan mereka dengan mudah bisa masuk karena memang sudah sangat layak untuk masuk ke dalam ruangan yang berisik itu. Kriss mengusap bawah hidungnya dengan tidak nyaman, bisa-bisanya suara musik yang terdengar sangatlah keras dan membuat telinga hampir saja rusak. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat ketiganya masuk ke dalam ruangan itu. Kriss benar-benar ingin keluar saat itu juga, tapi dirinya tidak bisa karena harus mengikuti dua wanita yang mengajaknya itu. Masalahnya dirinya akan tersesat jika memaksakan diri untuk pergi lebih awal. Minuman pun di pesan, Kriss awalnya hanya diam dan menyaksikan, hingga akhirnya Tiffany memberikan satu gelas kecil untuknya. "Minumlah dengan hati-hati," kata Tiffany memberitahu. Kriss pun menurut dan meminumnya hingga tandas. Kepala Kriss tiba-tiba saja terasa pusing dan jatuh tertidur di atas sofa yang saat ini mereka duduki. Jam setengah sebelas ketiganya pulang. Kriss benar-benar mabuk hingga mengharuskan Tiffany dan juga dokter Anya untuk mengantarkan laki-laki itu kembali ke kamarnya. Tubuh Kriss meskipun terlihat kurus tapi berat badannya lumayan membuat kedua orang itu capek saat memapahnya. "Dokter Anya kembalilah dulu, aku akan istirahat sebentar di sini." Kata Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh dokter Anya. Dokter Anya keluar dan berjalan sedikit sempoyongan. dirinya juga mabuk tapi tidak parah seperti Kriss yang langsung tumbang setelah meminum segelas kecil alkohol. Benar-benar sangat memalukan sebagai seorang laki-laki yang tidak tahan pada minuman beralkohol renda seperti itu. Dokter Anya kembali ke kamarnya dan langsung tidur dengan pulas. Seperti yang dikatakan oleh Tiffany. Minuman memang sangat ampuh untuk membuat tidur nyenyak. Di dalam kamar Kriss, Tiffany ikut berbaring di samping tubuh Kriss. Kasur lantai yang sempit itu dibagi dua untuk keduanya. Tiffany enggan beranjak karena mengantuk, jadi Tiffany memutus untuk tidur di kamar Kriss. Sendiri masih tidak sadarkan diri dan tertidur dengan sangat pulas. Pagi hari Tiffany bangun lebih awal dan mencoba untuk membangunkan Kriss, tapi laki-laki itu tidak kunjung bangun juga. Jadi Tiffany terpaksa meninggalkan laki-laki itu dan membuatkan izin cuti untuknya. Tiffany tidak ingin Kriss kena hukuman lagi karena datang terlambat. Tiffany bangun dari tidurnya dan keluar dari kamar Kriss. Langkah kakinya terus berjalan ke depan dengan bibir yang sesekali menguap lebar karena kantuknya. Anto yang baru saja keluar dari kamarnya menatap ke arah Tiffany yang berjalan dari kamar Kriss, Anto tahu lagi-lagi Tiffany tidur di kamar laki-laki itu dan membiarkan kamar mewahnya kosong. "Baru bangun? Cepatlah berganti setengah jam lagi waktunya akan habis." Kata Anto memberitahu. "Aku tahu," jawab Tiffany seraya membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam. Akhirnya hari itu Kriss tidak gabung bersama penelitian karena mabuknya. Tiffany dan dokter Anya cukup baik karena keduanya masih bisa masuk tanpa absen, berbeda sekali dengan Kriss yang tidur dengan pulas bahkan sampai tidak tahu pagi. Benar-benar sangat memalukan. Siang hari Kriss bangun dengan terkejut, namun dirinya merasa lebih tenang saat melihat kertas yang ditinggalkan oleh Tiffany untuknya. Kertas yang mengatakan jika wanita itu sudah membuatkan surat cuti untuknya. Setidaknya wanita itu bertanggung jawab setelah membuatnya bangun lebih siang. Kriss pun bangun dan memegangi kepalanya yang sedikit pening itu, Kriss berjalan ke arah kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Membuat matanya terbuka lebar dan tidak mengantuk lagi. Setidaknya dirinya bisa melanjutkan pembelajarannya dalam membuat alat ajaibnya. Dirinya benar-benar harus berterima kasih pada Tiffany yang sudah memberikan waktu untuk dirinya melanjutkan pekerjaannya itu. Di lab Tiffany fokus alam penelitiannya, begitupun dengan Kriss yang tengah melanjutkan pengembangannya di dalam ruang gamenya. Keduanya benar-benar fokus pada titiknya masing-masing. Berbeda dengan dokter Anya yang sedari tadi menahan kantuknya di dalam ruangannya. Hari ini tumben sekali tidak ada yang datang, membuatnya ingin tidur saja. Meskipun begitu, dokter Anya tetap tidak bisa tidur begitu saja. Lain kali dirinya akan mengajak Tiffany pergi saat besoknya weekend, jadi dirinya bisa tidur dengan sangat nyenyak setelahnya. Tidak seperti ini yang harus menahan kantuknya di saat jam kerja seperti ini. "Ayolah, Anya jangan sampai ketiduran." Kata dokter Anya pada dirinya sendiri. Kedua tangannya bergerak melebarkan matanya yang benar-benar mengantuk itu. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN