Dea memperhatikan ke arah kafe yang lumayan rame di Minggu siang itu. Kafe yang berada agak jauh dari pusat kota. Ketika hendak turun, ponsel Dea berdering. Gama menelepon. "Halo, Mas." "Kamu masuk dulu. Nanti kuikuti." "Iya." Setelah menyimpan lagi ponselnya, Dea keluar dari mobil. Lumayan berdebar-debar dan membuat penasaran. Siapa sebenarnya perempuan bernama Fany yang tiba-tiba mengajak ketemuan. Dea membuka pintu kaca yang bisa menutup sendiri secara otomatis. Seorang pelayan tersenyum dan menangkupkan tangan di depan d**a. Mengucapkan selamat datang padanya. Sebelum mencari meja nomer delapan, Dea ke kasir untuk memesan minum dan bilang dia duduk di meja nomer delapan. Saat menoleh, bersipandang dengan seorang perempuan yang duduk sendirian di salah satu deretan meja paling p