Cemburu 2

1019 Kata
Angkasa bergegas cepat meninggalkan Dea. Sebelum masuk sebuah ruangan yang ada plat namanya, pria itu sempat menoleh dan tersenyum ke arahnya. Dea lantas melangkah menuju kantin. Tidak ada pilihan selain ke sana. Hendak keluar juga hujan deras. Dea memesan lima bungkus nasi rames. Sambil menunggu pesanan, Dea duduk di dekat jendela kaca. Memperhatikan lalu lalang pengunjung di lorong rumah sakit. Pertama kali bertemu dengan dokter Angkasa, saat Dea diajak mamanya menjenguk ayahnya Astrid yang opname karena serangan jantung kurang lebih dua tahun yang lalu. Kebetulan dokter Angkasa yang menangani. Dokter usia tiga puluh lima tahun itu merupakan teman SMA Astrid. Lalu beberapa kali bertemu tak sengaja di beberapa tempat. Di mall waktu Dea membelikan perlengkapan sekolah buat Antika. Kemudian bertemu beberapa kali di rumah sakit saat Dea menjenguk rekan yang melahirkan atau pun sakit. ***L*** "Mas, mau makan apa?" tanya Alita sambil memandang Gama yang duduk dan fokus pada ponselnya semenjak mereka datang tadi. Malam itu mereka makan malam di Restoran Wijaya Kusuma milik Bu Ariana. Mengambil tempat duduk paling tepi, agar bisa leluasa untuk ngobrol. Alita yang punya ide makan di sana biar sekalian bisa bertemu dan bicara dengan ibu kedua bagi Gama. Melihat Gama yang banyak berubah akhir-akhir ini membuat Alita khawatir. Tentunya ia tidak ingin malu jika gagal lagi. Apalagi Gama termasuk pria paket komplit. Kaya dan keturunan bangsawan. Saga dan Melati juga sudah tahu kalau ia bertunangan dengan Gama. Kalau gagal, mau ditaruh mana mukanya. Sejauh ini Gama juga belum tahu tentang masa lalunya. Jika pada akhirnya terbongkar, tak masalah. Yang penting mereka telah menikah. "Mas," panggil Alita lagi karena Gama masih diam. "Aku pesan nasi goreng saja," jawab Gama tanpa mengalihkan perhatian pada benda pipih di tangannya. Alita yang kesal langsung berdiri dan melangkah ke belakang. Bilang pada seorang pramusaji, kemudian gadis itu duduk di dekat Bu Ariana yang tengah mengupas bawang di meja belakang. Walaupun tidak menyukai Alita, tapi Bu Ariana tetap menanggapi dengan ramah saat gadis itu mengajaknya bicara. Mendengar keluh kesah Alita yang mulai risua dengan sikap dingin Gama dalam dua minggu ini. "Mungkin Gama banyak pekerjaan, Lita. Apalagi sekarang dia harus fokus pada kantor cabang yang dipercayakan padanya." Bu Ariana berusaha meredam kegelisahan calon istri keponakannya. Alita menoleh pada pria yang masih diam memandang ponsel di tangannya. Entah apa yang membuatnya sefokus itu. Apa Gama punya gebetan baru? Ah, sejak awal dia pun tahu Gama itu seperti apa. Dingin dan cuek sebenarnya. Bukankah memang sejak awal dirinya yang mulai mendekati. Setelah tidak mungkin lagi mendapatkan Saga, bukankah ada Gama yang tak kalah mentereng dari sepupunya itu. Bahkan gelar Randen masih tersemat pada Gama karena dia keturunan dari anak laki-laki. Kalau Saga hanya dari ibunya. Ternyata tidak mudah mendekati laki-laki itu. Kelihatannya saja mata keranjang, nyatanya susah untuk ditaklukkan. Kalau bukan karena dia yang agresif, belum tentu Gama jatuh dalam dekapannya. Sekarang hanya bagaimana cara supaya Gama menyegerakan pernikahan mereka. Tidak mendapatkan Saga, tapi masih bisa menjadi bagian dari keluarga besarnya. Dipikir Alita, Gama ini gampangan. Nyatanya tidak. Bermesraan kalau tidak dirinya yang memulai, Gama tetap kaku bak kanebo kering. Mungkin hal itu yang membuat Dea minta cerai. Tapi bukankah Dea sering sekali cerita kalau masih cinta pada Gama? Sementara Gama yang duduk diam masih fokus pada layar ponsel. Melihat profil seorang laki-laki yang baru diketahui akunnya pagi tadi. Profil dokter yang ada di Rumah Sakit Harapan Mulia. dr. Angkasa Evano, Sp.JT. FIHA. Seorang laki-laki memakai jas dokternya yang menjadi profil di akun media sosial yang tampak di layar ponsel Gama. Rupanya dia bukan dokter spesialis jantung, tapi seorang dokter bedah jantung. Di usia yang masih setara dengannya. Dia termasuk dokter dengan usia muda bagi seorang spesialis bedah jantung, tapi kiprahnya sudah luar biasa. Dokter spesialis jantung tidak bisa melakukan pembedahan. Tapi beda dengan dokter Angkasa, dia bisa melakukan pembedahan atau operasi jantung. Single. Anak pertama dari dua bersaudara. Dan di sana juga tertera alamat tempat prakteknya. Wow. Diakah pria yang jatuh cinta pada Deandra? Terbit nyeri dalam relung kalbunya. Selama kenal hingga menikah. Dea tidak pernah membuatnya cemburu kelewat batas. Wanita itu begitu memujanya. Menempatkan dirinya sebagai satu-satunya lelaki yang dicintai sepenuh hati. Yang selalu cemburu saat Gama bersama relasi perempuan. Saat bersamanya, Dea tidak pernah dekat dengan lelaki mana pun. Bahkan setelah bercerai, Dea tetap bertahan sendiri. Tapi kali ini, Gama dibuat sangat gusar oleh sosok dokter berparas tampan itu. "Deandra itu cinta banget sama kamu. Kamunya saja yang nggak peka. Nggak berusaha membalas perhatian dan rasa cintanya. Kamu pikir nggak capek apa, terus-menerus memberi tanpa mendapatkan timbal balik," kata Astrid sepulangnya mereka dari rumah Dea. "Perempuan seperti Dea itu nggak ribet kok, Ga. Kamu kasih sedikit waktu dan perhatian saja dia sudah bahagia. Buktinya pun sampai sekarang Dea juga masih bertahan sendiri." "Tapi dia yang minta cerai, Mbak?" bela Gama. "Karena sudah lelah. Untuk apa bertahan denganmu yang nggak pernah bisa berubah. Kamu bilang cinta sama dia, tapi nggak pernah membuktikannya. Kamu tetap semaumu sendiri. Di titik akhir dia nunggu kamu berjuang sekali lagi dalam hubungan kalian. Nyatanya kamu tetap diam dan egois, Ga. Sumpah Mbak jengkel sama kamu. Memang kamu cocoknya itu dapet perempuan seperti Alita. Sama-sama nggak punya perasaan. Katamu Alita itu teman baiknya Dea, kan?" Astrid mengungkapkan kekesalannya. Meski dia hanya sebagai kakak ipar. Tapi sikapnya sudah seperti kakak kandung bagi Gama. Astrid tak segan mengomel pada Gama yang memang dingin tidak ketulungan. "Mbak mau jodohin Dea sama dokter Angkasa. Dia dokter spesialis. Masih perjaka juga meski usianya sudah banyak. Dari keluarga dokter. Papanya seorang dokter ortopedi dan ibunya dokter kandungan. Lagian Angkasa sudah lama naksir sama Dea." Dengan santainya Astrid bicara begitu padanya. Kemudian pergi meninggalkan Gama sendirian di kursi teras. Iparnya tidak menyadari, kalau apa yang telah dikatakannya tadi mencabik perasaannya yang selama ini mati suri. Astrid juga berpihak pada Dea daripada membelanya. Dan kata-kata Astrid itu masih terngiang di telinga Gama hingga sekarang. Apa mungkin saat ini Dea memang sudah menjalin hubungan dengan dokter itu? Dada Gama mendadak terasa nyeri. Biasanya kalau ia mengirimkan pesan untuk bertanya tentang Antika, selalu cepat dijawab oleh Dea. Tapi dalam dua Minggu ini butuh waktu beberapa lama baru dibalas. Walaupun aplikasi pesannya sedang aktif. Next ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN