Chapter 8

725 Kata
Deron sedang menikmati minuman di sana, sembari menunggu seseorang yang akan ia temui. "Sudah lama kau menunggu?" suara mengundang Deron menoleh lalu tersenyum. "Tidak, aku baru saja tiba, kau ingin minum?" jawabnya lalu menawarkan minuman padanya. "Ice mochaccino," ucapnya. Setelah memanggil waitres di sana, Deron pun memesannya. "Bagaimana sudah kau lakukan kepuasanmu?" tanya Freddy yang ditemui oleh Deron. Dokter pribadi sekaligus sahabatnya. "Menurutmu, aku sudah melakukan kepuasan belum?" Deron bertanya padanya kembali "Hahaha ... kau sungguh pria perkasa. Ronde berapa kau lakukan padanya?" Freddy tertawa, lalu mengecilkan suaranya. Deron menunjukkan jari telunjuk di keluarkan jari tengah, berarti bentuk V. "Luar biasa?" Freddy tepuk tangan membuat isi di kafe menoleh, tapi tidak lama. Mereka sudah biasa melihatnya seperti itu. "Jadi kapan kau akan menikahinya?" tanya Freddy kembali. "Belum tahu, karena hasilnya masih ada padanya. Jika positif mungkin aku akan menikahinya," jawab Deron santai meminum tehnya. "Jadi, apakah putrimu sudah kau beritahukan?" "Belum aku beritahukan, rencana aku akan membawa mereka jalan-jalan. Di sanalah aku akan melamarnya," jawab Deron santai. "Kau benar-benar luar biasa, aku tidak menyangka secepat itu, kau bisa pindah hati padanya. Tapi, apa kau mencintainya? Jangan kecewakan wanita jika kau hanya menginginkan tubuhnya.” "Aku tidak tahu, mencintainya atau tidak. Tapi, yang jelas. Setiap melihat dia, rasa di dalam diriku berdebar menginginkan dirinya. Apa aku seperti pria b******n lebih mengutamakan hubungan seksual?" katanya lalu menatap Freddy. "Jika kau benar-benar pria seksual, tidak mungkin kau menginginkan dia hamil. Kau sudah mulai jatuh cinta pada wanita itu. Buktinya kau tidak sabar menunggu hasil positif dari wanita itu," ucap Freddy "Benarkah? Apa aku mulai jatuh cinta padanya," keraguan dalam diri Deron terus bertanya - tanya "Aku selalu mendukungmu, apa pun itu." Ditepuk bahu Deron, mungkin Freddy akan kembali ke tempat kerjanya. Deron masih di kafe, sembari merenung. Lalu di kediaman Cornelius, Finna baru selesai melakukan semua kegiatan di rumah besar ini, tubuhnya serasa pegal, Arletta masih belajar. Menu andalan Finna, masakan khas negaranya. Ia rindu dengan makanan khas negaranya. Walau bukan di negara ini. Dia tetap menyukainya. Mungkin makanan ini halal untuk di santap, Vegetable adalah kesukaan Finna. Bukan masalah diet, tapi ia menyukainya. Ingin sekali makan beberapa sayuran. Ada juga makanan daging, dan penutup. Deron baru saja tiba di rumah, Finna sedang sibuk dengan juru masaknya. Tentu seperti biasa, dia mendekati Finna memeluknya sontak buat Finna risih. "Hai, Sayang," sapa Deron manja. "Hemm ..." lenguh Finna, masih sibuk-sibuk dengan piring yang akan di peleting. Deron masih memeluknya manja, ia memang sangat lelah, lelah dengan kata lain minta dimanjakan lebih lama. "Papa!" teriak suara dari jauh. Deron langsung melepaskan pelukannya, kemudian menoleh, di sana Arletta berdiri sambil memegang buku tulis. "Hei, putri Papa. Sudah selesaikah belajarnya?" Deron mengangkat tubuh mungilnya, Arletta masih melirih mereka berdua saksama. "Ada apa, Sayang?" tanya Deron heran. "Papa sama Maid, ada hubungan apa sampai peluk-peluk?" tanya Arletta polos. Deron diam, sulit untuk menjawab, sambil melirih Finna masih sibuk kegiatan dapurnya. "Kau ingin tahu," jawab Deron, Arletta mengangguk cepat. “Apabila Maid menjadi mama barumu. Apakah kau menyetujuinya?" lanjut Deron bersuara. Arletta membulatkan dua bola matanya. "Benarkah, Papa?" Kejut Arletta Finna yang di tempat, bisa mematung. Finna tidak salah dengar ‘kan. Arletta segera turun dari gendongan Deron, berlari kecil memeluk kedua kaki Finna. "Apa Maid mau jadi mamaku?" dongak Arletta menatap Finna berharap jawabannya ‘iya.’ "Tapi, Tuan ... saya ..." Finna sulit menjawab pertanyaan dari Arletta. Arletta berharap jika Finna menjadi mama keduanya. "Jangan buat dia bersedih, mau, kan, kau jadi istriku dan kau bisa melakukan sepuasnya padaku," kata terakhir dari Deron membisikkan padanya. Finna membulatkan kedua bola matanya. Suasana rumah ini jadi aneh, canggung, tidak biasanya, Finna masih belum bisa menyetujuinya, dia memang memiliki hubungan spesial dengan tuannya. Apa aku tidak sedang bermimpi? Ini bahagia sekali, aku di lamar. Lamar seorang duda kaya raya, batin Finna, bahkan ia merasa ada kupu-kupu pada perutnya membuatnya bahagia. "Maid," panggil Arletta pelan, Finna berjongkok setara tinggi dengannya. "Iya, Sayang," sahut Finna. "Maid, mau, kan, jadi mama keduaku?" bujuknya bibirnya dibuat-buat. Lucu, benar lucu. Gemas banget. "Iya, mau," jawab Finna tersenyum, Arletta langsung memeluk lehernya. Di depannya Deron tersenyum bahagia. Finna mengelus - elus punggung kecilnya. Sekarang mereka makan bersama, Finna duduk di dekatnya. Sedangkan Deron makan sambil melirih Finna, di bawah meja, kakinya masih tidak ingin diam. Finna biarkan saja sesuka hati disentuh. Lolos masuk di dalam rok, Deron memainkan kaki jempol di sana. Hem ... basah ... batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN