Saya ini pria normal
Saya juga menyukai wanita seksi
Tapi saya punya kehormatan
Yang harus dijaga
~Clovis Millard Aditya~
Lovis menatap tajam mahasiswa cantik dan seksi di depannya, ia tak habis pikir diletakkan di mana otak seorang Alena Mehara Clauvia hingga terus melakukan kesalahan baik yang tidak sengaja maupun sengaja. Sedangkan Ale sudah pasrah akan apa yang terjadi nantinya.
Keheningan tercipta di antara mereka namun terpecah saat Lovis mulai membuka suara dan nada berat serta penuh kekuasaan membuat Ale merasa rendah jika di depan anak pemilik Universitas tempatnya kuliah ini.
"Tiga kali tidak masuk kelas saya, lima kali tidak mengumpulkan tugas, dan empat kali tertangkap basah tidur di kelas. Itu baru kesalahan yang kamu buat di pelajaran saya, belum yang di Universitas hingga satu hari tak cukup untuk membahasnya. Kamu ini maunya apa, Ale?"
Ale hanya diam dan tak menjawab pertanyaan Pak Lovis, diam-diam ia mengecek ponselnya yang sudah penuh dengan chat pribadi maupun group pelacuran karena dari tadi malam ia tak membuka ponsel. Pak Lovis yang memang bukan orang sabar langsung menggebrak meja dan membuat Ale terkejut, ia langsung buru-buru menyimpan ponsel mahalnya sebelum menjadi korban amukan Pak Lovis.
"Kamu dengar saya tidak?!"
"Dengar, Pak," balas Ale buru-buru berbohong dari pada Pak Lovis semakin marah jika ia jawab bahwa ia tak mendengar apa saja yang diucapkan dosennya karena sibuk main ponsel. Namun bukan Clovis Millard Aditya jika tak tahu seseorang tengah berbohong padanya.
"Saya enggak suka pembohong, Ale. Sepertinya kamu tidak pantas diberi kesempatan kedua, saya putuskan untuk menunda skripsi kamu."
"Jangan, Pak!"
Ale langsung berteriak saat mendengar ucapan Pak Lovis karena ia ingin segera lulus dari sini kalau sampai Pak Lovis melakukan hal itu maka tamatlah riwayatnya. Seakan tak mendengar teriakan Ale, Pak Lovis langsung berdiri dan hendak keluar dari ruangan ini namun Ale menahan tangannya.
Saat melihat tatapan membunuh yang dilontarkan Pak Lovis saat ia memegang tangannya, Ale langsung melepaskannya dengan segera. Ale terus berpikir bagaimana caranya untuk menyelamatkan pendidikannya yang tinggal hitungan langkah lagi selesai. Sebuah pemikiran bodoh dan kotor terlintas di otaknya yang sungguh kecil.
"Pak, saya mau menawarkan tubuh saya ke Bapak asalkan buat saya lulus dengan mudah dari Universitas ini," ucap Ale dengan penuh rasa percaya diri dan menatap mata Pak Lovis.
Ale menunggu jawaban dan reaksi Pak Lovis namun tak kunjung diberikan, Pak Lovis hanya diam karena perlu mencerna ucapan mahasiswinya ini dan ekspresi wajahnya sangat datar sehingga ia tak tahu apa yang dirasakan Pak Lovis saat ini.
Ale yang tak kunjung mendapat respon akhirnya menganggap bahwa diamnya Pak Lovis adalah persetujuan, lalu ia mendorong tubuh kekar itu ke sofa yang berada di ruangan dan langsung menaiki tubuh Pak Lovis.
Kalau boleh jujur sebenarnya Ale sering berfantasi bisa tidur dengan dosennya yang terkenal sangat tampan dan seksi ini, aura Pak Lovis tak akan bisa ditolak wanita mana pun. Ale mendekatkan wajahnya dan hendak mencium bibir Pak Lovis namun tubuhnya lebih dulu didorong hingga terjatuh ke lantai oleh dosennya.
Rintihan kesakitan saat bokongnya mencium lantai keluar dari bibir Ale, bukannya menolong Pak Lovis malah merapikan pakaiannya yang mulai kusut dan seakan tak merasa bersalah pada Ale. Hal itu membuat Ale kesal dan langsung berdiri sendiri. Sebelum Ale sempat bicara, suara Pak Lovis lebih dulu menyela.
"Saya sering mendengar semua keburukan kamu mengenai seksualitas tapi saya tidak pernah menganggap rendah kamu, Ale. Tapi hari ini saya tidak menyangka kamu menawarkan hal menjijikkan pada saya, hal ini menguatkan saya untuk menunda pengerjaan skripsi kamu bahkan kamu terancam keluar dari Universitas ini jika melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya."
Tangan Ale mengepal kuat saat harga dirinya tercoreng dengan penolakan dari Pak Lovis, selama ini para pria langganan tempat pelacuran miliknya selalu menunggu kapan ia terjun langsung menjadi pelacur, mengingat kecantikan dan keseksian tubuhnya yang melebihi pelacurnya namun hari ini seorang Clovis Millard Aditya menolak mentah-mentah dirinya, tanpa berpikir dua kali.
"Bapak ini jangan pura-pura alim, meskipun saya enggak pernah mendengar satu pun keburukan pada diri Bapak. Tapi saya yakin pasti Sex bukan hal yang asing di hidup Bapak."
"Keluar dari ruangan saya!"
"Saya kasih kesempatan kedua untuk berpikir tentang penawaran saya tadi."
Pak Lovis menatap tak percaya pada mahasiswi di depannya ini yang masih saja menawarkan hal menjijikkan walaupun sudah ditolak, tanpa basa-basi Pak Lovis langsung menghubungi Pegawai Tata Usaha untuk membuat surat pengeluaran untuk Ale.
"Ini saya Clovis Millard Aditya, saya ingin mahasiswi bernama Alena Mehara Clauvia, mahasiswi tingkat akhir jurusan Bisnis dikeluarkan dari Universitas ini segera, dia sudah melakukan banyak kesalahan fatal baik di pelajaran saya maupun Universitas ini."
Setelah selesai menutup telepon, Pak Lovis menoleh ke arah Ale dengan tatapan datarnya lalu membuka sendiri pintunya agar ia saja yang pergi dari hadapan Ale. Berlama-lamaan dengan Ale bisa membuatnya berubah keputusan.
Ale menatap kesal pada kepergian Pak Lovis lalu melempar apa pun yang ada di ruangan Pak Lovis, toh ia sudah dikeluarkan, tidak peduli jika nantinya ada yang memarahinya akan kekacauan ini.
"Pak Lovis, Anda akan jadi pria ke seribu kalinya yang menginginkan saya. Lihat saja nanti tanggal mainnya."